Bahasa Daerah di Indonesia Terancam Punah

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi menyebut saat ini Indonesia dihantui ancaman kepunahan bahasa daerah. Ancaman tersebut konon sangatlah besar.

Bahasa Daerah di Indonesia Terancam Punah
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), E. Aminudin Aziz mengatakan, Indonesia akan mendapatkan ancaman kepunahan bahasa daerah yang sangat besar.

"Kepunahan ini terjadi terutama karena penutur bahasa tidak lagi menggunakan atau mewariskan bahasa tersebut ke generasi berikutnya,” kata Aminudin.

Menurut Data Pokok Kebahasaan dan Kesastraan, Indonesia memiliki 718 bahasa daerah yang teridentifikasi. Aminudin mengatakan wilayah Barat memiliki jumlah bahasa daerah yang sedikit, namun penduduknya banyak. Sementara wilayah Timur mempunyai jumlah bahasa daerah yang banyak akan tetapi jumlah penduduknya sedikit.

"Ini berbanding terbalik dan ini tentu saja akan menjadikan upaya untuk melestarikan bahasa-bahasa dan sastra daerah ini menjadi berat kalau melihat fakta seperti ini,” katanya.

Baca Juga : Sebanyak 17 Jenazah Korban Kerusuhan di Kanjuruhan Malang Berhasil Diidentifikasi

Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Ganjar Harimansyah menambahkan sejumlah bahasa atau sastra terancam punah atau mengalami kemunduran menandakan terjadinya gangguan dalam pewarisan, terutama generasi muda yang enggan lagi menggunakan bahasa tersebut.

"Oleh karena itu Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa melakukan upaya agar eksistensi bahasa dan sastra itu tetap ada dengan melakukan revitalisasi bahasa daerah yang pada tahun ini dilakukan di 12 provinsi,” kata Ganjar.

Adapun revitalisasi bahasa terbagi menjadi tiga model, yaitu model A, B, dan C. Ia menjelaskan model A lebih cenderung kepada bahasa daerah yang memang sudah masuk dalam kurikulum sekolah atau revitalisasi berbasis sekolah.

Baca Juga : KPK Tetapkan Anggota DPR RI Tersangka Suap Pengadaan Pesawat PT Garuda

Berbeda dengan revitalisasi model A, pada model B dan C mengadaptasi basis komunitas atau campuran, seperti komunitas dan sekolah atau komunitas dan kelompok tertentu seperti gereja, masjid, dan sebagainya.


Editor : Ghiok Riswoto