Gegara Isu BBM Naik, Warga KBB Dilanda Panic Buying

Fenomena panic buying kini tengah melanda masyarakat, khususnya yang ada di Kabupaten Bandung Barat (KBB). 

Gegara Isu BBM Naik, Warga KBB Dilanda Panic Buying
Fenomena panic buying kini tengah melanda masyarakat, khususnya yang ada di Kabupaten Bandung Barat (KBB). /Agus Satia Negara
INILAHKORAN, Ngamprah - Fenomena panic buying kini tengah melanda masyarakat, khususnya yang ada di Kabupaten Bandung Barat (KBB). 
Fenomena panic buying tersebut terjadi menyusul isu kenaikan sejumlah harga BBM bersubsidi, seperti Pertalite dan Solar.
Akibat panic buying tersebut, masyarakat berbondong-bondong mendatangi sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) untuk memburu BBM bersubsidi khususnya Pertalite.
Sejumlah SPBU yang tersebar di sejumlah tempat yang ada di KBB pun dipadati konsumen yang mengantre untuk mengisi BBM. Antrean kendaraan terutama sepeda motor tampak mengular di setiap pompa pengisian yang ada. 
Seperti yang terpantau di SPBU yang berada di Jalan Raya Gadobangkong, kemudian SPBU di Jalan Caringin. Kondisi yang sama juga tampak di SPBU di Jalan Raya Batujajar dan SBPU di Jalan BBS Cihampelas. Hampir semua jalur BBM subsidi untuk motor antreannya sangat panjang. 
Padahal pemerintah tidak menaikan harga jual BBM bersubsidi jenis Pertalite yang harganya masih tetap Rp7.650/liter. Begitupun dengan Solar bersubsidi harganya belum naik. Justru harga BBM nonsubsidi jenis Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex yang mengalami penurunan harga. 
Salah seorang warga yang sedang mengantre di SPBU Batujajar, Jaelani (33) mengaku, dirinya sengaja ingin mengisi penuh kendaraannya karena khawatir harga BBM naik.
"Ini mau isi full tangki, mumpung harganya belum naik. Takutnya besok-besok pertite naik Rp10.000/liter, kan selisihnya lumayan besar," katanya kepada wartawan.
Ia menyebut, awalnya dirinya menduga jika harga Pertalite juga naik mulai hari ini karena sudah banyak digembar-gemborkan.
Kendati demikian, ternyata belum sehingga sebagai antisipasi dirinya mengisi full tangki BBM motor matic miliknya. 
"Kalau pengennya jangan naik, ekonomi kan lagi susah karena COVID-19, kalau ditambah lagi BBM naik beban kita sebagai masyarakat kecil akan semakin berat," keluhnya. 
Sementara menurut pengelola SPBU 34.40530 yang beralamat di Jalan Raya Batujajar, Yogie Mahendra menyebutkan, antrean pemotor yang akan mengisi Pertalite semakin panjang sehingga harus dilakukan pengaturan.
"Apalagi mereka enggan mengisi Pertamax meskipun antreannya kosong karena selisih harga yang lumayan," katanya.
Soal kenaikan harga, tambah dia, mengatakan belum ada informasi soal rencana kenaikan BBM bersubsidi. 
"Tapi kami tetap mengantisipasi dengan tetap meminta pengiriman BBM jenis pertalite setiap harinya mengingat saat ini permintaan dari masyarakat meningkat. 
Menurutnya, hal itu dilakukan agar tidak sampai stok kosong dan masyarakat tidak terlayani.
"Kapasitas tangki kami untuk Pertalite adalah 32.000 liter, setiap harinya dapat kiriman sekitar 24.000 liter dan biasanya dalam sehari habis antara 21.000 liter. Tapi kalau melihat antrean panjang seperti ini kemungkinan ada peningkatan permintaan," pungkasnya. *** (agus satia negara)


Editor : JakaPermana