Guru Besar IPB University Sebut Limbah dan Biomassa Mampu Tingkatkan Keberlanjutan Sistem Pertanian Terpadu 

Guru besar IPB University Herdhata Agusta memaparkan, biomassa dan limbah industri berupa abu terbang (fly ash) merupakan sumber material potensial yang dapat ditambang dan dikelola untuk mendukung sistem pertanian terpadu menunjang keberlanjutan sistem produksi pertanian.

Guru Besar IPB University Sebut Limbah dan Biomassa Mampu Tingkatkan Keberlanjutan Sistem Pertanian Terpadu 
"Biomassa dan limbah biomassa dari proses budidaya pertanian yang mengandung lignin, selulosa dan hemi selulosa. Lignin yang terkandung pada biomassa produk pertanian dan kehutanan sebesar 12%-35%. Itu mempunyai potensi untuk diproses percepatan dekomposisinya melalui suatu rekayasa menghasilkan sebagian besar kelompok senyawa fenolat, yang mana tanpa rekayasa prosesnya berlangsung amat sangat lambat," kata Herdhata di IPB University, Kamis 25 Januari 2024. (tangkapan layar)

INILAHKORAN, Bogor - Guru besar IPB University Herdhata Agusta memaparkan, biomassa dan limbah industri berupa abu terbang (fly ash) merupakan sumber material potensial yang dapat ditambang dan dikelola untuk mendukung sistem pertanian terpadu menunjang keberlanjutan sistem produksi pertanian.
 
"Biomassa dan limbah biomassa dari proses budidaya pertanian yang mengandung lignin, selulosa dan hemi selulosa. Lignin yang terkandung pada biomassa produk pertanian dan kehutanan sebesar 12%-35%. Itu mempunyai potensi untuk diproses percepatan dekomposisinya melalui suatu rekayasa menghasilkan sebagian besar kelompok senyawa fenolat, yang mana tanpa rekayasa prosesnya berlangsung amat sangat lambat," kata Herdhata di IPB University, Kamis 25 Januari 2024.

Herdhata melanjutkan, sumber daya lainnya yang juga berpotensi besar untuk digunakan sebagai input dalam sistem budidaya pertanian adalah abu terbang batu bara dengan ketersediaan berlimpah namun belum luas termanfaatkan. 

"Potensi limbah abu terbang yang berasal tidak secara langsung dari proses budidaya pertanian, secara nasional mencapai lebih dari 8 juta ton per tahun. Abu terbang tersebut mengandung seluruh mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman," terangnya.

Baca Juga : Siap Kawal Suara DPS dan AMIN, Ratusan Saksi Partai Nasdem Diberikan Bimtek

Meski begitu, menurut Herdhata, aplikasinya untuk bidang pertanian masih perlu mempertimbangkan potensi partikel abu yang berukuran micro atau nano yang dapat menimbulkan efek sub-khronik pada kesehatan . Oleh karena itu diperlukan formulasi lebih lanjut yaitu dapat berupa pelet, granul ataupun sluri, atau bahkan dapat dilakukan pencampuran atau kombinasi dengan bahan lainnya agar aplikasinya bersifat higienis.

"Melalui rangkaian tulisan saya ini, mengusulkan gagasan pengembangan dan implementasi pemanfaatan limbah serta biomassa melalui formula juga formulasi adaptif. Tentunya untuk meningkatkan keterpaduan sistem budidaya pertanian, dengan cara mengurangi ketergantungan penggunaan input eksternal yang bukan berasal dari proses budidayanya," tuturnya.

Ia menjelaskan, pemanfaatan abu terbang sebagai agen pengayaan formula pupuk mineral dan amelioran diantaranya pemanfaatan abu terbang formulasi debu/remah sebagai amelioran yang aplikasinya tanpa mengalami rekayasa lanjutan. Hasil tinjauan keselamatan konsumen dengan berdasarkan pertimbangan rekomendasi WHO, tentang besaran atau jumlah yang dapat dikonsumsi per hari. Dapat disimpulkan bahwa aplikasi abu terbang pada sayuran dengan konsumsi harian yang normal, tidaklah menyebabkan ancaman bahaya terhadap meningkatnya asupan logam berat ke tubuh manusia.

Baca Juga : Kepala DinKUMKMDagin Apresiasi Peran Aktif Pemberdayaan Masyarakat Oleh KSU Karya Mandiri

"Untuk mengendalikan potensi partikulat berasal dari abu terbang maka seyogyanya abu terbang tersebut diformulasikan lebih dahulu dalam bentuk granul, pelet atau sluri. Mollase dan tapioka sebagai biopolimer mampu berfungsi sebagai perekat granul untuk membuat granul lebih stabil, menekan potensi partikulat berukuran nano atau mikro yang muncul dari abu terbang, dan juga dapat digunakan untuk merekatkan bahan lainnya yang diperlukan untuk memperkaya formula pupuk atau amelioran tersebut," jelas Herdhata.

Halaman :


Editor : Doni Ramdhani