Kisah Cinta yang Lebih Syahdu dari Romeo & Juliet

ALI bin Abi Thalib, pemuda muhajirin sekaligus sepupu Rasulullah yang kisahnya begitu erat dengan kisah cinta lelaki sejati. Semua orang pasti setuju, bahwa pria Muslim sejati itu adalah dia yang bisa mencintai setangguh dan seanggun Ali. Cinta Ali pada Fatimah Az Zahra, putri Rasulullah, terus ditulis dari generasi ke generasi sebagai lambang kisah cinta yang agung.

Kisah Cinta yang Lebih Syahdu dari Romeo & Juliet
Ilustrasi/Net

Kini kesempatan bagi Ali untuk memperistri Fatimah masih terbuka. Ia kembali mempersiapkan diri. Tapi tidak disangka, kabar mengejutkan kembali datang. Fatimah telah dilamar oleh sahabat Nabi yang lain, yaitu Umar bin Khattab, lelaki yang dijuluki Al Faruq alias pemisah antara kebenaran dan kebatilan ternyata juga jatuh hati pada putri Rasulullah yang satu ini. Lagi-lagi Ali bertekad untuk ikhlas.

Dibandingkan lelaki seperti Umar, siapalah Ali ini. Benar Umar masih tergolong baru sebagai Muslim, tapi siapa pula yang menyangsikan kesetiaan, keberanian, dan kekuatannya dalam membela Islam? Hanya ada satu orang yang bisa menyamai kedudukan Umar, yaitu Hamzah paman Nabi. Ali tidak ada apa-apanya.

Lihat saja saat berhijrah, Ali harus mengendap-ngendap keluar dari kota Makkah, bahkan dia hanya berani berjalan di malam gelap gulita saja. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Sementara Umar? Lelaki ini justru naik ke atas Kakbah lalu berkata dengan lantang, "Hari ini putra Al Khatab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin istrinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang Umar di balik bukit ini!"

Baca Juga : Dahsyat! Lima Hadiah Allah Bagi Orang Berbuat Baik

Ah, benar sekali. Dinilai dari sisi mana pun, Umar lebih pantas menjadi suami Fatimah. Selagi Fatimah bahagia, sungguh ini bukan suatu masalah. Tapi tahukah, ternyata lamaran lelaki sehebat Umar juga ditolak oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ali semakin heran, seperti apakah lelaki yang ditunggu Rasulullah untuk dinikahkah dengan Fatimah? Apa seperti Usman sang miliarder, suami Ruqayyah? Atau seperti Abul Ash ibn Rabi sang saudagar Quraisy, suami Zainab? Dua menantu Rasulullah itu membuat Ali hilang kepercayaan diri.

Di antara Muhajirin hanya Abdurrahman ibn Auf yang setara dengan dua menantu Nabi tersebut. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sad ibn Muadzkah, sang pemimpin Aus yang tampan dan ilegan. Atau Sad ibn Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat? Entahlah, Ali tidak bisa menentukan siapa tepatnya.

3. Cinta Ali adalah Keberanian

"Kenapa bukan kamu saja yang mencoba, Wahai Ali? Kami punya firasat engkaulah yang ditunggu Rasulullah." Ucap teman-teman Ansharnya.
"Aku hanya pemuda miskin." Ali menjawab.
"Kami ada di belakangmu. Semoga Allah menolongmu."


Editor : Bsafaat