Kisah Cinta yang Lebih Syahdu dari Romeo & Juliet

ALI bin Abi Thalib, pemuda muhajirin sekaligus sepupu Rasulullah yang kisahnya begitu erat dengan kisah cinta lelaki sejati. Semua orang pasti setuju, bahwa pria Muslim sejati itu adalah dia yang bisa mencintai setangguh dan seanggun Ali. Cinta Ali pada Fatimah Az Zahra, putri Rasulullah, terus ditulis dari generasi ke generasi sebagai lambang kisah cinta yang agung.

Kisah Cinta yang Lebih Syahdu dari Romeo & Juliet
Ilustrasi/Net

Akhirnya setelah mengumpulkan segenap keberanian yang dimiliki, Ali bertamu pada Rasulullah. Pada awalnya Ali tidak yakin pada dirinya sendiri, tapi kemudian ia bertekad untuk mengungkapkan apa yang selama ini terpendam di hati. "Engkau pemuda sejati, wahai Ali!" Begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggung jawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul risiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.

Dan siapa sangka, lamaran Ali dijawab dengan kata "Ahlan wa Sahlan" yang bermakna Selamat Datang. Kata ini diucapkan Rasulullah bersamaan dengan senyuman yang sangat indah. Tapi Ali, ah, ia justru tidak paham maksud ucapan Rasulullah. Ali pun pulang dan kemudian ditanyai oleh teman-temannya, "Bagaimana jawaban Rasulullah?"

"Entahlah." Jawab Ali.
"Entahlah bagaimana?"
"Rasulullah menjawab Ahlan wa Sahlan. Menurut kalian itu sebuah jawaban?" tanya Ali polos.
"Aduh, kawan. Kamu ini payah sekali. Itu artinya lamaranmu diterima. Ahlan saja sudah bagus, ini ditambah wa sahlan pula." Teman-temannya tertawa, memukul pundak Ali, dan bergantian mengucapkan selamat.

Dan pada akhirnya, sejarah mencatat, Ali bin Abi Thalib menikahi Fathimah binti Muhammad. Kisah cinta Ali membuat semua orang berdecak kagum. Tidak heran jika Arab memiliki sebuah yel-yel "Laa fatan illa Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!". Cinta Ali bukanlah cinta yang mementingkan dirinya sendiri. Bukan cinta yang dipenuhi ambisi ingin memiliki. Cinta Ali adalah cinta yang sanggup mengikhlaskan. Cinta yang berlandaskan tanggung jawab dan tujuan yang benar.

Lalu Fatimah, tahukah kamu bahwa dalam sebuah riwayat disebutkan, ia pernah berterus terang pada suaminya,

"Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda."
Ali kaget bukan main, "Kalau begitu mengapa engkau mau menikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?"
Sambil tersenyum Fatimah berkata, "Ya, karena pemuda itu adalah dirimu."

Ah, kisah yang indah. Bahkan kisah cinta fiksi melegenda sekelas Romeo dan Juliet, Laila dan Majnun, Jack dan Rosse, pun tidak bisa menandingi. Untukmu para lelaki, Ali adalah teladan paling baik dalam urusan mencintai. Jika wanita itu ditakdirkan untukmu, bersyukurlah. Tapi terkadang ada beberapa hal di dunia yang berjalan tanpa bisa kita kendalikan, salah satunya cinta dan jodoh. Kita mencintai seseorang, bukan berarti dialah yang ditakdirkan Allah sebagai pasangan hidup.


Editor : Bsafaat