Kisah Epidemi Unta di Zaman Nabi Shaleh

"DAN (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Saleh. Ia berkata. "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya, dengan gangguan apa pun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih." (Q.S. al-Araf/7:73).

Kisah Epidemi Unta di Zaman Nabi Shaleh

Setelah umat Nabi Shalih makan daging unta itu, maka turunlah siksa Tuhan: "Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka. (Q.S. al-Araf/7:78).

Kata rajfah dalam ayat itu diartikan dengan "gempa bumi" para mufassirin tidak memuaskan para ahli sains modern, termasuk di antaranya Dr. Opitz, seorang ahli "Medico-Historicus" berkebangsan Jerman. Ia mengemukakan, kalau yang dimaksud gempa bumi di situ, maka gejala-gejala awal berupa perubahan warna kulit tidak terjadi, lagi pula kalau siksaan itu adalah gempa bumi dasyat, tentulah tempa kediaman mereka hancur berantakan, tetapi nyatanya gunung-gunung batu tempat kaum Bani Tsamud masih ditemukan oleh para arkeolog.

Opitz yang didukung oleh kalangan ilmuwan muslim berpendapat bahwa bencana kaum tsamud tidak lain adalah sejenis epidemi yang dangat dasyat, diduga berasal dari daging unta misterius yang dagingnya dimakan oleh mereka. Menurutnya, jenis epidemi yang menyerang kaum tsamud adalah sejenis typhus exanthematicus, yang bermula dari keracunan disertai lautan darah dan kerusakan pembuluh darah, yang menyebabkan penyakit kuning (icterus) dan selanjutnya menyebabkan pendarahan pada seluruh bagian kulit, dan pada hari ketiga, menjadi hitam warnanya karena sudah menyerang empedu yang mengeluarkan zat warna hitam.

Baca Juga : Contoh Indah dari Nabi untuk Meredakan Amarah Istri

Dan pada penghujung hari ketiga virus ganas itu juga menyerang telinga, yang selanjutnya dirasakan oleh si penderita bagaikan bunyi yang teramat dasyat serta jantung yang tekoyak-koyak sebagai akibat pendarahan yang hebat dalam otot jantung. Pada saat yang bersamaan virus ganas itu menyerang gendang-gendang telinga sehingga mereka bagaikan mendengar sebuah bunyi yang amat dasyat, sesudah itu mereka mati bergelimpangan.

Dr. Ahmad Ramali berpendapat bahwa jenis virus tersebut adalah sejenis anthrax (antrhrax-seaptic-heimia), sebagai akibat daging hewan yang sudah ditulari anthrax menyebabkan orang-orang beramai-ramai terkena bisa daging dan septivhaemia. Kemungkinan lain menurut Ahmaf Ramali ialah sejenis sampar, yakni, pestis haemorrhagica yang ditularkan oleh unta tersebut.

Kisah ini memberikan pelajaran berharga buat kita bahwa penularan virus binatang kepada manusia dimungkinkan terjadi, bahkan bisa sangat fatal seperti ditunjukkan dalam Al-Quran di atas. [*]

Halaman :


Editor : Bsafaat