Kisah Menarik Dibalik Sejarah SKHB, Sekolah Kreatif Bahasa Inggris dalam Berinteraksi 

Berdirinya lembaga pendidikan atau sekolah kerap diiringi dengan narasi sejarah atau kisah unik dan menarik yang mampu menjadi daya tarik tersendiri dari sekolah tersebut.

Kisah Menarik Dibalik Sejarah SKHB, Sekolah Kreatif Bahasa Inggris dalam Berinteraksi 
Berdirinya lembaga pendidikan atau sekolah kerap diiringi dengan narasi sejarah atau kisah unik dan menarik yang mampu menjadi daya tarik tersendiri dari sekolah tersebut./Agus Satia Negara
INILAHKORAN, Cimahi - Berdirinya lembaga pendidikan atau sekolah kerap diiringi dengan narasi sejarah atau kisah unik dan menarik yang mampu menjadi daya tarik tersendiri dari sekolah tersebut.
Salah satunya, seperti Sekolah Kreatif Harapan Bangsa (SKHB) yang berlokasi di Jalan Sadarmanah RT 01/02, Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi.
Berawal dari tempat kursus atau les Bahasa Inggris pada tahun 2000-an, Sekolah Kreatif Harapan Bangsa (SKHB) kini hadir menjadi salah satu lembaga pendidikan yang siap menciptakan siswa-siswi berkarakter dengan keahlian bahasa, khususnya Bahasa Inggris.
"SKHB ini sebenarnya sudah ada saat Cimahi masih berstatus Kota Administratif (Kotip) sekitar tahun 2000-an dan dahulu masih tempat les Bahasa Inggris," ungkap Kepala SKHB, Ade Muharam kepada wartawan, Rabu 1 Februari 2023.
Ia menuturkan, kelas di SKHB dulu bukan dari kelas 1, melainkan dari kelas 3 dengan jumlah siswa yang hanya empat orang saja.
"Tapi, seiring dengan berjalannya waktu dengan ciri khasnya yang mengedepankan Bahasa Inggris, siswa di SKHB kian bertambah," tuturnya.
Ia mengaku, SKHB awalnya mengusung visi religi, namun seiring dengan banyaknya warga sekolah dari berbagai latarbelakang agama, suku dan ras yang beragam SKHB kini lebih mengedepankan visi keanekaragaman yang berpedoman pada Pancasila.
"Karena di sini warga sekolahnya beraneka ragam, baik pengajar, staf maupun siswa dari berbagai daerah. Maka, visi misi kita lebih umum dan nasional," ujarnya.
Artinya, lanjut dia, baik siswa maupun pengajar bisa berbagi pengalaman terkait dengan karakteristik budaya dari masing-masing warga sekolah.
"Secara tidak langsung mereka bisa saling mengedukasi dan memperkenalkan budayanya masing-masing," ucapnya.
Ia menyebut, di SKHB terdiri dari beberapa jenjang pendidikan, mulai dari Paud/TK, SD dan SMP. Kemudian, dalam satu kelas ada sekitar 30 siswa.
"Awalnya memang hanya 25 siswa dalam satu kelas. Namun, yang menjadi pembeda antara SKHB dengan sekolah lainnya ada pada kualitas pembelajaran Bahasa Inggris," sebutnya.
Menurutnya, pembelajaran Bahasa Inggris sebagai yang diterapkan dalam keseharian menjadi hal yang baru bagi para siswa, khususnya di SKHB.
"Di sini (SKHB) para siswa dibiasakan untuk berkomunikasi dengan Bahasa Inggris, termasuk dari hal-hal kecil seperti berdoa dengan menggunakan Bahasa Inggris juga," tuturnya.
Lebih lanjut ia menuturkan, metode pembelajaran Bahasa Inggris ini disesuaikan dengan tingkatan kelas. Misalnya, untuk kelas 1 dan 2 diterapkan metode pembelajaran dasar-dasar Bahasa Inggris, seperti abjad.
"Kemudian, akan terus ditingkatkan dengan berbagai metode dan materi yang sesuai dengan tingkat dan kemampuan para siswa," tuturnya.
"Setelah lulus, banyak dari siswa kami yang jadi siswa unggulan di jenjang SMA," sambungnya.
Selain itu, di SKHB para guru yang harus bisa beradaptasi dan menyesuaikan dengan karakter para muridnya. Sebab, hal itu perlu dilakukan agar pemahaman pembelajaran yang diberikan bisa dengan mudah diterima para siswa.
"Dampak pembelajaran daring saat pandemi COVID-19 kemarin sempat membuat anak kaget saat diberlakukannya pembelajaran tatap muka (PTM). Menyiasati hal itu, kita tekankan para guru harus bisa beradaptasi dengan siswa dan memahami psikologi para siswa," ujarnya.
Tak hanya itu, lanjut dia, ada pertukaran guru dari setiap kelas yang rutin dilaksanakan dalam kurun satu pekan sekali dan setiap Jumat para guru tersebut dievaluasi.
"Dengan begitu, diharapkan penerapan pendidikan karakter sebagai implementasi dari Kurikulum Merdeka Belajar bisa terealisasi dengan baik," ujarnya.*** (agus satia negara)


Editor : JakaPermana