Kisah Pilu Buruh Korban PHK Tambang, dari Jualan Cilok hingga Kerja Serabutan Demi Penuhi Kebutuhan Sehari-hari 

Ditutupnya sejumlah perusahaan pertambangan di Kabupaten Bandung Barat (KBB) menyisakan sekelumit kisah pilu yang dialami para buruh usai diberhentikan dari pekerjaannya.

Kisah Pilu Buruh Korban PHK Tambang, dari Jualan Cilok hingga Kerja Serabutan Demi Penuhi Kebutuhan Sehari-hari 

INILAHKORAN, Ngamprah - Ditutupnya sejumlah perusahaan pertambangan di Kabupaten Bandung Barat (KBB) menyisakan sekelumit kisah pilu yang dialami para buruh usai diberhentikan dari pekerjaannya.

Seperti diketahui, sejumlah pabrik pertambangan di KBB terpaksa berhenti beroperasi lantaran tidak mendapatkan Izin Usaha Pertambangan (IUP). Akibatnya, pengusaha pertambangan terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ratusan pekerjanya.

Alhasil, banyak eks pekerja tambang yang terpaksa banting stir menjadi buruh serabutan demi mempertahankan hidup keluarganya yang tetap harus makan sehari-hari.

Baca Juga : Polisi Dalami Pencurian Distro Di Lengkong

Salah satunya seperti Asep Setiawan (31), buruh tambang di PT Gunung Padakasih yang berlokasi di kawasan Batujajar ini mengaku sudah satu tahun tidak bekerja. 

Pasalnya, perusahaan tempatnya bekerja mengaku tidak bisa produksi lantaran IUPnya tidak diperpanjang.

"Saya bekerja sejak tahun 2001 dan sudah setahun dirumahkan karena perusahaan tidak bisa produksi," katanya, Jumat 16 Juni 2023.

Baca Juga : Perundungan Anak di Bandung, Polisi Segera Lakukan Pemberkasan ke Kejaksaan

Asep mengaku, dirinya terpaksa banting setir sebagai buruh serabutan guna memenuhi kebutuhan keluarganya.

Halaman :


Editor : Ahmad Sayuti