Komitmen Akselerasi Transisi Energi PLN dan MUJ Perkuat Sinergi

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT PLN (Persero) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Jawa Barat PT Migas Utama Jabar (Perseroda) / MUJ bersama melakukan komitmen untuk mengakselerasi transisi energi.

Komitmen Akselerasi Transisi Energi PLN dan MUJ Perkuat Sinergi

Adapun  saat ini MUJ sudah memiliki portofolio penggunaan Electric Vehicle (EV) serta Pengisian Listrik secara mandiri yang berlokasi di kantor MUJ.
Pengembangan sistem Sumber Energi Terbarukan (EBT) untuk meningkatkan produktivitas dalam mendukung ketahanan dan kehandalan energi dijalankan dengan pengelolaan PLTMH di Cirompang Kabupaten Garut. Layanan listrik berbasis EBT ini bersinergi dengan sesama BUMD Jabar. Selain itu, pada Juli 2022 MUJ sudah memasang PV Rooftop dengan kapasitas 20,5 kWp. MUJ melalui anak perusahaannya akan bekerjasama dalam penyediaan Solar PV secara Off Grid untuk mempercepat pemasangan di sekolah dan pesantren di Jawa  Barat.

Selanjutnya MUJ berpeluang mendapatkan alokasi gas dari pemerintah untuk pemenuhan energi di Jawa Barat dan sekitarnya. Terdapat potensi market gas di daerah Indonesia Timur diantaranya adalah Pembangkit Listrik, Industri Komersil dan penggunaan gas di Kawasan lainnya. Saat ini, PLN menggunakan High Speed Diesel (HSD) sebagai bahan bakar pembangkitan listrik karena belum tersalurnya gas ke lokasi Pembangkitan mereka di daerah Maluku. Lokasi Pembangkitan PLN yang rencananya akan menggunakan gas telah tercantum pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN tahun 2021-2030

Sebagaimana diketahui, Indonesia merupakan pasar energi terbesar di Asia Tenggara, dimana Indonesia menyumbang lebih dari 36% dari kebutuhan energi kawasan. Permintaan listrik akan terus meningkat karena faktor ekonomi dan demografi, dengan potensi permintaan dua kali lipat pada tahun 2040. Dengan lebih dari 17.500 pulau dan populasi sekitar 270,2 juta orang pada tahun 2020, Indonesia berencana menjawab permintaan masa depan dengan pembangkit listrik baru dari berbagai sumber energi. Pada saat yang sama, Indonesia harus mengubah pilihan energinya untuk juga menjawab urgensi perubahan iklim pada tahun 2060. (*)

Halaman :


Editor : Ahmad Sayuti