Miliki Mata Air Cipaneguh, Warga Desa Ciptaharja KBB Tak Pernah Kekurangan Air Saat Kemarau 

Bersyukur, itulah kata yang bisa diungkapkan masyarakat Desa Ciptaharja, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Miliki Mata Air Cipaneguh, Warga Desa Ciptaharja KBB Tak Pernah Kekurangan Air Saat Kemarau 
Bersyukur, itulah kata yang bisa diungkapkan masyarakat Desa Ciptaharja, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB)./Agus Satia Negara
INILAHKORAN, Ngamprah - Bersyukur, itulah kata yang bisa diungkapkan masyarakat Desa Ciptaharja, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Pasalnya, selama musim kemarau warga setempat tak pernah mengalami kesulitan suplai air untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk untuk lahan pertanian mereka. 
Berbeda dengan sejumlah warga di wilayah lainnya yang saat masuk musim kemarau mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. Warga Desa Ciptaharja ini memiliki sumber mata air Cipaneguh yang berada di Kawasan Karst Citatah yang menjadi sumber kehidupan.
Ketua RW 7, Desa Ciptaharja, Otong mengatakan, saat warga di daerah lain di saat musim kemarau kesulitan air, ratusan kepala keluarga di Ciptaharja tetap mendapatkan pasokan air alami. 
"Meskipun musim kemarau panjang dan parah, sumber mata air Cipaneguh tak pernah kering. Apalagi kemarau sekarang yang terkadang masih ada hujan, airnya tetap melimpah," katanya kepada wartawan.
Ia menyebut, air yang keluar dari sela-sela Gunung Cipaneguh dari dulu dimanfaatkan warga di RW 6, 7, dan 10, Desa Ciptaharja
"Airnya sangat jernih dan sudah lama digunakan sebagai air baku untuk mengairi ratusan hektare sawah warga. Termasuk untuk kebutuhan sehari-hari warga untuk mandi dan mencuci," sebutnya.
Ia menjelaskan, awalnya untuk memanfaatkan air Cipaneguh warga RW 7 harus memasang selang yang panjangnya mencapai sekitar 2 kilometer. 
"Uang yang harus dikeluarkan untuk pemasangan itu sekitar Rp1,5 juta," jelasnya.
Kemudian, sambung dia, di akhir tahun 2020 Kementerian PUPR membangun pipanisasi dengan panjang sekitar 1.500 meter.
"Saluran pipa itu menyalurkan air baku ke RW 6, 7 dan 10, dimana ada sekitar 600 KK yang memanfaatkan air dari sumber mata air Cipaneguh," ujarnya.
Ia menuturkan, air tersebut disalurkan terlebih dahulu ke bak penampungan di setiap RW, lalu dari sana didistribusikan ke rumah-rumah. 
"Bagi warga yang berminat tinggal memasang paralon sekitar 1-2 batang dengan biaya pemasangan sekitar Rp150 ribu. Jadi sangat murah jika dibandingkan harus memasang selang seperti sebelumnya," tuturnya.
"Untuk pengelolaan airnya, setiap rumah dikenakan biaya Rp5.000 per bulan. Itu dilakukan oleh masing-masing RW untuk pemeliharaan pipa dan mengganti yang bocor," sambungnya.
Selain digunakan untuk kebutuhan air baku, tambah dia, mata air Cipaneguh yang masuk ke sungai juga dimanfaatkan untuk mengairi sawah dan kolam ikan. 
"Jadi warga di sini merasa bersyukur karena meski musim kemarau pasokan air tetap melimpah untuk kebutuhan ke rumah ataupun sawah," tutupnya.*** (agus satia negara).


Editor : JakaPermana