Rajab, Bulan Saat Nabi Nuh dan Kaumnya Berlayar

BULAN Rajab merupakan satu di antara empat bulan yang dimuliakan Allah subhanahu wa ta'la. Ini termaktub dalam firman Allah:

Rajab, Bulan Saat Nabi Nuh dan Kaumnya Berlayar

Terkait makna Rajab secara harfiyah, ulama berbeda pendapat. Sebagian mengatakan, rajab dari kata tarjb maknanya mengagungkan. Pendapat ini juga disampaikan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya dan Syekh Abdul Qadir Al-Jilani dalam kitabnya al-Ghun-yah.

Terdapat makna lain yang cukup banyak pada kata Rajab. Dalam hadis Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam diriwayatkan dari Abi Bakrah, Rajab itu Mudlar

Artinya: "Sesungguhnya waktu itu berputar sebagaimana saat Allah menciptakan langit-langit dan bumi. Setahun terdapat 12 bulan. Di antaranya ada empat yang mulia. Tiga bulan berturut-turut yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah dan Muharram. Dan Rajab Mudlar yang jatuh antara Jumadal Ula-Jumadal Akhirah dan Sya'ban." (Sahih Bukhari: 4294)

Baca Juga : Ternyata ini Hukum Memakai Obat Penumbuh Jenggot

Mudlar merupakan satu klan di Arab yang sangat mengagungkan bulan Rajab. Karena perilaku mereka ini, Rasulullah mengistilahkan keagungan Rajab dengan mengacu sebagaimana keagungan yang dilakukan oleh klan Mudlar.

Lalu mengapa ada perbedaan tingkat kemuliaan di antara bulan-bulan itu? Bukankah masing-masing dari Allah subhanahu wa ta'ala?

Iya, semua bulan mulia. Namun empat bulan tersebut kemuliannya lebih kuat dibandingkan bulan lainnya. Ia seperti kemulian Ka'bah dibandingkan dengan lokasi lain. Logikanya seperti hari Jumat lebih mulia dibanding 6 hari lain. Hari Arafah lebih mulia daripada hari-hari lain dalam setahun, Nabi Muhammad lebih mulia daripada nabi-nabi yang lain. Apakah Nabi Muhammad yang paling mulia di antara para nabi itu menjadikan nabi-nabi lain tidak mulia? Tidak. Nabi-nabi lain mulia, sedangkan Rasulullah Muhammad lebih mulia. Demikian pula bulan-bulan mulia dibanding bulan yang lain.

Dalam rangka menyambut bulan Rajab nan mulia itulah, Syekh Abdul Qadir al-Jilani (w: 561) menuliskan doa ma'tsurat yang digoreskan dalam karyanya al-Ghun-yah. Doa ini juga dikutip ulang oleh Habib Muhammad Amin bin Abu Bakar bin Salim dalam kitab M Yuthlab f Rajab, serta Syekh Muhammad bin Abdullah bin Hasan al-Halabi dalam bukunya Nrul Anwr wa Kanzul Abrr:


Editor : Bsafaat