Berkah Pandemi, Agung Kini Rasakan Manisnya jadi Produsen Jamu

Ibarat sepotong lirik lagu lawas, tak selamanya mendung itu kelabu. Itulah yang dirasakan Agung Satriyo (40) saat pandemi berkepanjangan ini berlangsung hampir dua tahun lamanya.

Berkah Pandemi, Agung Kini Rasakan Manisnya jadi Produsen Jamu
istimewa

INILAH, Bandung - Ibarat sepotong lirik lagu lawas, tak selamanya mendung itu kelabu. Itulah yang dirasakan Agung Satriyo (40) saat pandemi berkepanjangan ini berlangsung hampir dua tahun lamanya.

Dia termasuk salah satu pekerja yang terdampak Covid-19. Imbas dari pandemi, media massa tempat dia bekerja kolaps. Agung bersama istri pun berpikir ekstra keras agar risiko dapur rumah tetap ngebul.

Ayah dari satu anak itu menyebutkan usaha menjadi produsen jamu ini merupakan mufakat bersama istri. Seiring dengan gaya hidup masyarakat di tengah pandemi, produk jamu diakuinya menjadi immune booster.

Baca Juga : Menkeu: Pemulihan Perekonomian Perlu Disertai Reformasi Struktural

“Saya terbilang nekat jalanin usaha ini. Hanya berbekal passion, saya belajar otodidak meramu jamu. Kebetulan di keluarga saya semuanya suka jamu,” kata Agung, Senin (30/8/2021).

Naik-turunnya bisnis yang dibangun dari nol itu dia rasakan sendiri. Meski terseok-seok untuk modal usaha, bisnis menjadi produsen jamu kini membuahkan hasil manis. Dalam tiga bulan terakhir, jamu dengan merek Jamu99 bisa menghasilkan omset sekitar Rp15 juta per bulan. 

“Dari omset itu, setiap bulan dipotong untuk ongkos modal sekitar 30%. Jadi, laba bersihnya sekitar Rp10 jutaan. Alhamdulillah, ini berkah pandemi,” ucapnya bangga sekaligus bersyukur.

Baca Juga : Kedepankan Ekosistem Digital, Sentuh Lirik Pasar Jabar 

Jamu buatannya tak dipasarkan seperti kebanyakan mbok-mbok di jalan. Produk Jamu99 kini memiliki lima varian rasa yaitu kunyit asem, beras kencur, gula jahe, gula aren jahe cinnamon, dan jamu latte. Varian terakhir merupakan hasil inovasi agar menyesuaikan dengan tren lidah zaman sekarang. Jamu latte diakuinya sebagai produk kekinian karena di Bandung Raya belum pernah ada.

Halaman :


Editor : Doni Ramdhani