Cara Mengatasi Kehilangan Cinta

USTAZ Abu Ammar al-Ghoyami mengatakan, "Jadilah seorang yang berperasaan." Sementara yang sering kita jumpai, banyak pasangan rumah tangga yang meninggalkan perasaannya--kalau bukan perasaan itu yang justru telah meninggalkan mereka. Akibatnya, keluarga itu pun tidak henti-henti dihajar gelombang dan badai yang mengguncang biduk yang mereka naiki selama mengarungi bahtera rumah tangga.

Cara Mengatasi Kehilangan Cinta

USTAZ Abu Ammar al-Ghoyami mengatakan, "Jadilah seorang yang berperasaan." Sementara yang sering kita jumpai, banyak pasangan rumah tangga yang meninggalkan perasaannya--kalau bukan perasaan itu yang justru telah meninggalkan mereka. Akibatnya, keluarga itu pun tidak henti-henti dihajar gelombang dan badai yang mengguncang biduk yang mereka naiki selama mengarungi bahtera rumah tangga.

Antara perasaan, hak, dan kewajiban

Di antara beberapa keadaan yang menuntut setiap pasutri harus berperasaan adalah tatkala menunaikan kewajiban juga menuntut hak dari pasangannya. Bahkan kedua keadaan inilah yang sangat kentara menggambarkan ada atau tidaknya perasaan setiap pasutri.

Baca Juga : 17 Ciri Meninggal Husnul Khatimah

Perhatikan apa yang dilakukan oleh sebagian suami terhadap istri-istri mereka ketika menuntut hak-hak dengan segala cara bahkan pada setiap keadaan, sedangkan pada saat yang sama mereka justru melupakan kewajiban sebagai para suami.

Demikian juga, ternyata banyak istri yang enggan melakukan ini atau itu buat suami mereka, padahal seandainya ia melakukannya maka sungguh ia telah berbuat sesuatu yang terbaik bagi suami dan baik pula bagi dirinya. Coba perhatikan, mengapa ia enggan melakukan kebaikan hanya dengan alasan yang berkutat antara hak dan kewajiban? Kuncinya ialah ada dan tidak adanya perasaan pasutri itu sendiri.

Bayangkan, bagaimana seandainya seorang suami memandang istrinya hanya sebatas tambatan dalam memenuhi hasratnya belaka, apa yang akan menimpa si istri? Sungguh ia akan mendapati kekecewaan yang makin membuatnya terhina dan makan hati seumur hidupnya. Bayangkan juga seandainya seorang istri menilai suaminya sekadar sebagai orang kepercayaan yang akan memberikan segala yang ia inginkan. Di sisi lain, suami tidak memiliki kuasa sedikitpun atas istrinya, bencana apa yang akan menimpa suami? Sungguh ia akan menjadi sosok yang dibanggakan oleh istri tetapi sejatinya kebanggaan yang diperolehnya justru akan membuatnya mati berdiri. Kalau kita mau jujur, tentu kita akan katakan bahwa salah satu penyebabnya adalah hilangnya perasaan.

Baca Juga : Ingat Mati Bisa Tinggalkan Kenikmatan Dunia

Kiranya, tiada seorang pun dari para istri yang memungkiri bahwa suaminya memiliki hak yang harus ia tunaikan. Demikian juga, tiada seorang pun dari para suami yang mengingkari bahwa hak-hak istri yang mereka pikul adalah sebuah tanggung jawab. Kalaupun ada seorang istri atau seorang suami yang mengingkari hak-hak pasangannya maka itu bukanlah disebabkan hilangnya perasaan, melainkan suatu kejahilan dan kedunguan. Sehingga sungguh sangat aneh, pasutri yang tidak jahil tidak pula dungu tetapi perasaannya telah hilang entah ke mana.

Halaman :


Editor : Bsafaat