Jenama Simpatik, Konsumen Melirik

Permasalahan yang dihadapi jenama barang-barang tersier saat pandemi adalah ketertarikan konsumen yang menurun.

Jenama Simpatik, Konsumen Melirik
Ilustrasi (Antara)

INILAH, Jakarta - Permasalahan yang dihadapi jenama barang-barang tersier saat pandemi adalah ketertarikan konsumen yang menurun karena masyarakat memilih membeli barang-barang esensial sebagai prioritas utama.

Membuat jenama tetap berada di pikiran konsumen lewat pendekatan simpatik jadi strategi pemilik dan CMO merek sepatu lokal Geoff Max Footwear, Yusuf Ramadhani, dalam situasi serba tak pasti.

"Orang sekarang belanja penuh pertimbangan, beda sama sebelumnya," kata Yusuf dalam bincang-bincang virtual, Selasa. "Brand harus relate dulu sama keadaan, baik sebagai konten marketing atau produknya," lanjutnya.

Baca Juga : Jangan Lakukan Ini Jika Vespa Matic Anda Terendam Banjir

Alih-alih promosi eksplisit, ia membangun kedekatan dengan konsumen lewat konten secara daring yang relevan sesuai gaya hidup masa kini, yakni aktivitas yang berpusat di rumah. Mulai dari menggelar konser kecil dari rumah hingga membuat kegiatan lain dari rumah. Dengan demikian, jenama tersebut bisa tetap berinteraksi dengan konsumen sehingga tetap melekat di pikiran mereka.

Langkah kedua adalah membuat diversifikasi produk. Yusuf mengatakan, dia membuat berbagai inovasi baru lewat produk yang dibutuhkan masyarakat di tengah pandemi, mulai dari masker hingga sandal dan celana pendek untuk bersantai di rumah. "Ketika diluncurkan, target market pun suka. Mungkin karena kita relate sama keadaan yang terjadi."

Menurut Yusuf, dia memang fokus dalam memopulerkan nilai-nilai dan semangat yang diusung jenama, tidak cuma kepada produk tertentu. Sama seperti jenama sepatu mancanegara yang menawarkan berbagai produk selain alas kaki. Dengan demikian, mereka bisa mengikuti arus tren tanpa rasa khawatir karena merek tersebut sudah melekat di kepala konsumen.

Baca Juga : Pengguna Apple Belanja Lebih Banyak Aplikasi Non-Game

Semangat yang diusung jenama tersebut? Underdog, kata Yusuf. Bermula dari pengalamannya ketika menciptakan merek sepatu lokal pada 2012, di mana merek mancanegara masih mendominasi dan usahanya dipandang sebelah mata.

Halaman :


Editor : suroprapanca