Kampus Harus Antisipatif Hadapi Perubahan Peradaban

Institusi pendidikan tinggi yang merupakan salah satu motor penggerak peradaban perlu mengantisipasi perubahan dunia yang terjadi begitu cepat secara cerdas dan sistematis. 

Kampus Harus Antisipatif Hadapi Perubahan Peradaban
Foto: Daulat Fajar Yanuar

INILAH, Depok - Institusi pendidikan tinggi yang merupakan salah satu motor penggerak peradaban perlu mengantisipasi perubahan dunia yang terjadi begitu cepat secara cerdas dan sistematis. 

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan, agar kampus dapat terus merespon setiap perubahan yang terjadi maka diperlukan sebuah fasilitas riset baik di bidang teknologi, social dan humaniora, politik dan lain sebagainya.

Nasir menjelaskan, selama ini penyelenggaraan riset tidak pernah dikawal dengan baik dan kerap berjalan sendiri-sendiri. Menurutnya, pemerintah saat ini tengah berupaya untuk mengintegrasikan setiap penelitian yang dilakukan semua pemangku kepentingan baik lembaga pemerintah maupun perguruan tinggi. Sehingga dampaknya lebih berasa kepada masyarakat dan juga dunia industri.

“Integrasi penelitian dilakukan untuk persiapan apa yang dapat dihasilkan pendidikan tinggi ketika Indonesia berusia 100 tahun pada 2045 mendatang. Selama ini yang dilakukan riset hanya untuk masing-masing penelitinya,” kata Nasir dalam pidato peresmian Gedung Mochtar Riady Social & Political Research Center di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Indonesia, Depok, Kamis (2/5/2019).

Nasir melanjutkan keberadaan fasilitas riset di perguruan tinggi dapat mendongkrak kampus mendapatkan status perguruan tinggi berstandar internasional. Untuk itu pemerintah akan mengalokasikan anggaran sebesar Rp 10 Triliun agar semakin banyak perguruan tinggi yang masuk urutan besar dunia.

Saat ini, jelas Nasir, setidaknya ada tiga perguruan tinggi yang masuk urutan 500 besar dunia yakni Universitas Indonesia (peringkat 290 dunia), Institut Teknologi Bandung (peringkat 340 dunia), dan Universitas Gadjah Mada (peringkat 390 dunia).

“Kami sudah mengajukan dana alokasi khusus agar perguruan tinggi yang masuk kelas dunia kepada Presiden Joko Widodo. Kalau enggak kita ajukan, maka enggak akan mencapai hal itu. Dananya untuk pengembangan riset, pemberdayaan staf, pertukaran dosen asing ke Indonesia atau sebaliknya dan lain sebagainya,” ujar Nasir.

Halaman :


Editor : Doni Ramdhani