Melalui Desa Wisata, Slogan "Tinggal di Desa, Rezeki Kota, Usaha Mendunia" di Depan Mata

Slogan pengembangan desa wisata "Tinggal di Desa, Rezeki Kota, Usaha Mendunia" nyatanya bukan sekadar digelorakan Pemprov Jabar secara lisan semata.

Melalui Desa Wisata, Slogan "Tinggal di Desa, Rezeki Kota, Usaha Mendunia" di Depan Mata
Wujudnya pun lambat laun mulai terlihat, salah satunya pengembangan desa wisata yang diampu oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat. (istimewa)

INILAHKORAN, Bandung - Slogan pengembangan desa wisata "Tinggal di Desa, Rezeki Kota, Usaha Mendunia" nyatanya bukan sekadar digelorakan Pemprov Jabar secara lisan semata.

Wujudnya pun lambat laun mulai terlihat, salah satunya pengembangan desa wisata yang diampu oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat. 

Tujuannya pun sederhana, mengurangi urbanisasi dan memberi kepercayaan diri bagi masyarakat desa. Melalui program desa wisata itu mereka mampu sejahtera dengan mengoptimalkan potensi yang ada di daerahnya.

Baca Juga : Ridwan Kamil Dorong Masyarakat Manfaatkan Subsidi Kendaraan Listrik

Kepala Disparbud Jabar Benny Bachtiar mengatakan, jumlah desa wisata Jawa Barat pada 2023 ini telah mencapai 615 desa. Ini terbagi dengan klasifikasi desa rintisan, desa berkembang, desa maju dan puncaknya desa mandiri. 

Jumlah ini diakuinya terus meningkat selama empat tahun terakhir, dibawah kepemimpinan Emil. Pesatnya desa wisata tidak lepas dari dukungan seluruh pihak, termasuk pemerintah kabupaten/kota yang semangat dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di desa.

“Tahun 2020 jumlahnya 434. Sekarang sudah 615 desa. Tahun ini ada tujuh desa wisata yang berhasil masuk 75 besar desa wisata terbaik secara nasional. Hadirnya Perda Nomor 2 Tahun 2022 tentang Desa Wisata juga semakin menguatkan, karena memberikan kemudahan masyarakat untuk membangun desa wisata,” ujarnya kepada INILAHKORAN baru-baru ini.

Baca Juga : FOTO: EV Fun Riding WJEF 2023

Kendati pembangunan desa wisata terus melesat, dia tidak menampik bila kerap terjadi dinamika dalam proses awal pembangunannya. Sebab sering terjadi benturan dalam pengelolaan, serta wawasan akan manajerial antar masyarakat desa. Sehingga memengaruhi percepatan pembangunan desa wisata tersebut.

Halaman :


Editor : Doni Ramdhani