Nabi Muhammad SAW Berpuasa di Bulan Syaban?

DALAM beberapa hadits disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam suka berpuasa sunnah pada bulan Syaban melebihi dari bulan-bulan yang lain. Tidak diragukan bahwa dalam hal ini terdapat hikmah yang banyak. Berikut ini adalah hikmah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berpuasa di bulan Syaban.

Nabi Muhammad SAW Berpuasa di Bulan Syaban?
Ilustrasi/Net

Di sini terdapat dalil tentang keutamaan menyendiri dalam berdzikir kepada Allah pada waktu-waktu tidak adanya orang berdzikir ketika itu. Karena itulah dalam hal keutamaan dzikir di pasar-pasar telah diriwayatkan hadits-hadits marfu serta atsar mauquf, sampai-sampai Abu Shalih mengatakan, "Sesungguhnya Allah Taala tersenyum kepada orang yang mengingat-Nya di pasar." Alasannya, karena orang tersebut berdzikir dan mengingat Allah Taala pada saat banyak manusia yang lalai.

Kedua: makna yang lain dalam hal puasa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pada bulan Syaban adalah bahwasanya pada saat itu ajal segala sesuatu dituliskan.

Diriwayatkan dengan sanad yang lemah dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia menuturkan, "Puasa sunnah terbanyak yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah pada bulan Syaban, maka aku berkata, "Wahai Rasulullah, saya melihat engkau banyak puasa sunnah pada bulan Syaban." Beliau bersabda, "Sesungguhnya pada bulan ini, dituliskan bagi malaikat maut siapa saja yang harus ia cabut nyawanya. Dan aku tidak ingin dicatat namaku (termasuk salah satu dari orang yang meninggal dunia), melainkan aku dalam keadaan puasa."[3]

Baca Juga : Wajib Tahu! 12 Jenis Penyakit Hati Menurut Alquran, Jangan-jangan Kita...

Hadits ini diriwayatkan pula secara mursal dan ada pula yang mengatakan, "Riwayat yang mursal ini lebih shahih." Dalam hadits lain yang juga mursal disebutkan, "Ajal-ajal itu ditetapkan dari bulan Syaban ke Syaban berikutnya, sampai-sampai seseorang melangsungkan akad nikah kemudian mendapatkan anak, tetapi namanya telah ditetapkan sebagai orang-orang yang akan mati."

Dalam hal ini juga diriwayatkan makna lain, yaitu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berpuasa tiga hari setiap bulan, terkadang beliau tunda pelaksanaannya hingga datang bulan Syaban. Hal ini diriwayatkan dari Ibnu Abi Laila, dari saudaranya, Isa bin Abi Laila, dari ayah mereka, dari Aisyah Radhiyallahu Anha. Diriwayatkan pula oleh yang lain dengan menambahkan, "Aisyah berkata, "Terkadang aku ingin puasa, tetapi aku tidak mampu hingga jika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berpuasa, maka aku ikut puasa bersama beliau." (HR. Ath-Thabrani)[4]

Meskipun demikian, seolah-olah hal ini bertentangan dengan riwayat dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia menuturkan, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berpuasa tiga hari dari setiap bulan, tanpa menghiraukan pada hari apakah itu." (HR. Muslim)[5]

Dalam riwayat lain dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia mengatakan, "Aku tidak pernah mengetahui beliau yakni Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berpuasa sebulan penuh selain Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau berbuka sebulan penuh, kecuali beliau berpuasa pada sebagian harinya hingga beliau wafat." (HR. Muslim)[6]


Editor : Bsafaat