Nabi Muhammad SAW Berpuasa di Bulan Syaban?

DALAM beberapa hadits disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam suka berpuasa sunnah pada bulan Syaban melebihi dari bulan-bulan yang lain. Tidak diragukan bahwa dalam hal ini terdapat hikmah yang banyak. Berikut ini adalah hikmah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berpuasa di bulan Syaban.

Nabi Muhammad SAW Berpuasa di Bulan Syaban?
Ilustrasi/Net

DALAM beberapa hadits disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam suka berpuasa sunnah pada bulan Syaban melebihi dari bulan-bulan yang lain. Tidak diragukan bahwa dalam hal ini terdapat hikmah yang banyak. Berikut ini adalah hikmah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berpuasa di bulan Syaban.

Pertama: Syaban adalah bulan yang dilupakan manusia mengingat tempatnya yang terletak antara Rajab dan Ramadhan. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengisyaratkan bahwa ketika ada dua bulan agung, yaitu bulan haram (Rajab) dan bulan puasa (Ramadhan), maka manusia biasanya sibuk dengan keduanya sehingga bulan Syaban menjadi terabaikan. Banyak orang menyangka bahwa puasa Rajab lebih utama daripada puasa Syaban karena Rajab itu bulan haram, padahal kenyataannya tidak seperti itu.

Ibnu Wahb meriwayatkan, "Muawiyah bin Shalih menyampaikan kepada kami, dari Azhar bin Saad, dari ayahnya, dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia menuturkan, "Disebutkan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwa orang-orang berpuasa pada bulan Rajab, maka beliau bertanya, "Di mana mereka dari bulan Syaban?" (HR. Abdurrazzaq)[1]

Baca Juga : Tips Berhubungan Badan di Bulan Ramadan

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Orang-orang tersibukkan darinya, yaitu bulan yang ada antara Rajab dan Ramadhan", terdapat isyarat bahwa adanya sesuatu yang sudah populer keutamaannya, berupa waktu, tempat, atau pribadi seseorang, bisa jadi sebagiannya lebih utama daripada sebagian yang lain, baik secara mutlak maupun keistimewaan yang ada padanya, dan hal tersebut tidak dipahami oleh kebanyakan orang. Akibatnya, mereka menyibukkan diri dengan sesuatu yang sudah populer tersebut dan kehilangan kesempatan mendapatkan keutamaan sesuatu yang tidak populer di kalangan mereka.

Dalam hadits tersebut juga terdapat dalil dianjurkannya meramaikan waktu ketika manusia lalai dalam mengerjakan ketaatan padanya; karena hal tersebut dicintai Allah Taala. Sebagaimana segolongan ulama salafus-shalih memandang baik menghidupkan waktu antara Maghrib dan Isya dengan shalat sunnah. Mereka mengatakan, "Ini adalah saatnya orang-orang sedang lalai." Begitu pula keutamaan shalat pada tengah malam, mengingat banyak orang yang lalai dan lupa untuk berdzikir kepada Allah pada waktu itu. Padahal Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Jika kamu mampu menjadi termasuk orang-orang yang mengingat Allah pada saat itu, maka lakukanlah."

Atas dasar inilah, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berkeinginan untuk menunda melaksanakan shalat Isya hingga tengah malam, tetapi hal tersebut tidak beliau lakukan karena khawatir hal tersebut dapat memberatkan manusia. Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam keluar, sedangkan para shahabat sedang menanti beliau untuk shalat Isya, beliau bersabda,

Baca Juga : Otak Mesum, Pikiran Kotor, Naudzubillah Begini Cara Mengobatinya...

"Tidak ada seorang pun dari penduduk bumi yang menunggu shalat ini selain kalian." (Muttafaq Alaih)[2]

Halaman :


Editor : Bsafaat