PDIP Tidak Tegas atau Gibran yang Tidak Beretika?

Pakar politik Yusfitriadi menilai tidak adanya ketegasan PDIP terhadap kadernya Gibran Rakabuming Raka disinyalir ada beberapa penyebab

PDIP Tidak Tegas atau Gibran yang Tidak Beretika?
Pakar politik Yusfitriadi/Reza Zurifwan

"Kemungkinan PDIP sedang menampilkan politik yang santun untuk mengambil simpati masyarakat. Karena baik Gibran, Bobby terlebih Joko Widodo (Jokowi) tentu memiliki loyalis yang merupakan konstituen PDIP. Bisa jadi jika PDIP bersikap tegas maka konstutuen PDIP yang menjadi loyalis PDIP, Gibran dan Bobby akan menggerus suara PDIP pada pemilu 2024," terang Yusfitriadi.

Kedua, tuturnya PDIP Bermain di dua kaki, sebagai antisipasi Prabowo-Gibran tidak masuk putaran kedua, maka mempunyai peluang untuk menarik KIM ke Ganjar-Mahfud, begitupun ketika Ganjar tidak masuk putaran kedua, maka Ganjar-Mahfud berpotensi merapat ke KIM. bahkan ketika pada akhirnya Prabowo-Gibran menjadi pemenang pada pemilu 2024, maka wakilnya merupakan kader PDIP

"Ketiga, mereka saling menyandera dengan alsan adanya pernyataan Sekjen PDIP Hasto yang menyatakan, mendapatkan informasi beberapa Ketua umum (Ketum) partai politik mendapatkan tekanan untuk mengusung Gibran menjadi Cawapres merupakan sandera dan kartu trup. Sangat mungkin itu juga yang terjadi pada PDIP dan para elitnya," tuturnya.

Kang Yus sapaan akrabnya menjelaskan bahwa tersandera kekuasaan, politik bahkan hukum oleh kekuasaan Jokowi. Sehingga ada sebuah kegamangan ketika harus memecat anak dan menantu presiden dari keanggotaan PDIP

Keempat, jelasnya  menghindari perang terbuka diawal dinamika "copras-capres" sebetulnya lawan politik PDIP adalah Anies Baswedan, bahkan disebut-sebut untuk "menjegal" Anies untuk tidak menjadi Calon Presiden (Capres) menggunakan berbagai perangkat, termasuk perangkat hukum, baik terhadap partai pengusungnya maupun terhadap Anies. 

"Sehingga ketika dinamika kekuatan faksi politik berubah dan hampir bisa dipastikan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2024 diikuti tiga pasangan calon, maka PDIP harus memainkan strategi yang lain, dengan tetap tidak memberikan peluang bagi Anies dan Imin memenangkan kontestasi 2024 mendatang. Jika "perang terbuka" antara Jokowi beserta partai yang diendorsenya dan Megawati beserta PDIP nya menjadi isu yang dominan dan sampai pada akar rumput, maka pasangan AMIN berpotensi mendapatkan berkah elektoral (muntahan suara) dari perang terbuka tersebut," jelas Kang Yus.

Kelima, lanjutnya ada skenario tersembunyi. Diawal pencalonan Ganjar Pranowo, Jokowi sangat kuat attensinya bahkan terlihat jelas keberpihakan terhadap Ganjar dalam berbagai momentum.


Editor : Ahmad Sayuti