Perajin Kertas Dodol Tetap Bertahan saat Mayoritas Pengusaha Dodol Gulung Tikar

Salah satu dampak pandemi Covid-19 paling dirasakan masyarakat di berbagai daerah selain tingginya keluhan kesehatan diwarnai kematian, juga bergelimpangannya berbagai sektor kegiatan ekonomi masyarakat. Terutama di kalangan menengah ke bawah.

Perajin Kertas Dodol Tetap Bertahan saat Mayoritas Pengusaha Dodol Gulung Tikar
Foto: Zainulmukhtar

"Meskipun tak berproduksi setiap hari. Alhamdulillah, usaha kita masih jalan dan bisa menghidupi kebutuhan keluarga," kata pria yang menekuni usaha pelilinan kertas pembungkus dodol sejak 2000 itu. 

Dia juga bersyukur di tengah banyaknya warga terinfeksi Covid-19 belakangan ini, dia dan anggota keluarganya sehat wal afiat. Harapannya, dia maupun anggota keluarganya tak terpapar Covid-19 dan agar pandemi segera berakhir. 

Jika sedang banyak pesanan, Rahmat mampu menghasilkan sebanyak 15 rim kertas lilin pembungkus dodol per hari. Dalam usahanya di tempat usahanya dengan bangunan semi permanen sederhana di daerah Gang Sulaeman Kelurahan Ciwalen Kecamatan Garut Kota itu, dia dibantu tiga pekerja.

Baca Juga : Innalillahi...Satu Lagi Anggota DPRD Garut Meninggal Covid-19

Dia mengatakan, untuk menghasilkan satu rim kertas lilin pembungkus dodol dibutuhkan sedikitnya satu rim kertas ruislag, dua kilogram lilin khusus, serta 0,5 kilogram minyak kelapa, dan bahan lainnya. Proses pembuatannya terbilang masih manual dan cukup sederhana. Mesin pemutar kertas atau pelilinan keras pun hanya digerakkan dinamo yang membutuhkan energi listrik tak terlalu besar. 

Meski begitu, tidak sembarangan orang bisa melakukan pelilinan kertas dodol secara baik. Dibutuhkan ketelitian, kecermatan, ketekunan, dan kesabaran dalam pengerjaannya agar menghasilkan kertas lilin pembungkus dodol berkualitas baik.

Selain lesunya usaha kerajinan dodol garut, kendala sekaligus tantangan dihadapi Rahmat dalam usaha pelilinan kertas pembungkus dodol itu saat ini yakni adanya sejumlah perusahaan dodol mulai menggunakan kertas laminasi atau kertas berlapis plastik sebagai pembungkus dodol. Juga adanya perusahaan mulai membuat sendiri kertas pembungkus dodolnya.

"Kita juga belum ada alat pemotong kertas. Sehingga produk yang kita kirimkan ke pemesan masih berupa lembaran besar, belum terpotong-potong sesuai kebutuhan ukuran potongan dodol pemesan," ujar pria yang mengaku belum pernah tersentuh bantuan Pemkab Garut selama bergelut dalam usahanya itu.


Editor : Doni Ramdhani