PROFIL BORIS SYAIFULLAH: Presdir & CEO Perusahaan Kabel Serat Optik di Indonesia

Sebagai sebuah perusahaan, umurnya memang terbilang baru --berdiri pada November 2015 lalu-- namanya, PT BorSya Cipta Communica (BCC).

PROFIL BORIS SYAIFULLAH: Presdir & CEO Perusahaan Kabel Serat Optik di Indonesia
Presdir & CEO PT BorSya Cipta Communica (BCC) Boris Syaitullah. (Istimewa)

Sebagai sebuah perusahaan, umurnya memang terbilang baru --berdiri pada November 2015 lalu-- namanya, PT BorSya Cipta Communica (BCC). Namun pencapaiannya sungguh membanggakan, menjadi salah satu perusahaan di Indonesia yang menyediakan properti jaringan telekomunikasi fiber optik kiprah anak negeri. Sebagain besar produk lain yang sejenis, adalah impor dari negara lain.

Dialah pendiri sekaligus PRESDIR & CEO PT BorSya Cipta Communica (PT BCC), Boris Syaifullah, yang lahir di Desa Labuhan Kuris, Kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Sosok muda mantan TKI yang kebintangannya bersinar di Negeri Ginseng, Korea Selatan.

Kini, sosok tersebut selain menjadi pendiri perusahaan pembuat kabel serat optik yang menjadi partner terpercaya operator telekomunikasi. Juga, menjadi Ketua Komite Korea Kadin Kota Bandung, serta menjadi Ketua Asosiasi Perusahaan Nasional Telekomunikasi (Apnatel) Jawa Barat.

Dengan tekad dan kegigihan sang pendiri dalam bekerja, belum setahun perusahaan berjalan, dia mampu mengembalikan modal investasi dari pemodal dan kerja sama terus berlanjut sampai saat ini.

Kisah sukses seseorang sedikit banyak pasti memberikan inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya, juga bagi orang-orang yang membaca kisahnya, bahkan yang mendengarkan kesuksesannya, tak terkecuali kisah sukses seorang Boris Syaifullah ini.

Namun harus kita ingat, kisah sukses itu juga harus dilihat dari bagaimana prosesnya: lika-liku, pahit-getir, dan perjuangan untuk mendapatkannya.

Sukses yang Boris raih bukanlah jalan tol tanpa hambatan. Awalnya, penuh duka, suka, dan warna. Menurut penuturannya, dengan berbekal ijazah SMP, dia berangkat ke Negeri Ginseng, Korea Selatan, sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI). Menjadi buruh kasar, dia lakoni di sebuah perusahaan manufaktur di sana.

Halaman :


Editor : suroprapanca