Saudaraku, Jangan Remehkan Bahaya Kesombongan

SAUDARAKU kebalikan dari tawadhu adalah kesombongan. Allah SWT tidak menyukai kesombongan. Inilah penyakit yang menyebabkan Allah murka kepada Iblis, manakala ia menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam sebagai bentuk penghormatan kepadanya.

Saudaraku, Jangan Remehkan Bahaya Kesombongan
KH Abdullah Gymnastiar. (Net)

Padahal sikap yang demikian sebenarnya adalah tanda dari kehinaan dirinya sendiri. Ia ingin dipandang tinggi padahal ternyata sesungguhnya ia rendah. Ia ingin dipandang mulia padahal sesungguhnya ia hina. Kesempatan memperbaiki menjadi tertutup karena ia dibutakan oleh hawa nafsunya sendiri, sehingga tidak bisa melihat jalan yang lurus. Dan, ia pun tersesat. Na’udzubillaahi mindzalik!

Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim)

Saudaraku, sungguh merugi orang yang membiarkan hatinya diselimuti dengan kesombongan. Bagaimana mungkin kita berhak sombong, sedangkan kita adalah makhluk yang lemah, tiada berdaya, yang awalnya tercipta dari saripati tanah, ke mana-mana membawa—mohon maaf— kotoran, dan mati lalu dikembalikan ke dalam tanah. Sungguh tak pernah ada alasan yang membuat kita selaku makhluk untuk sombong. 

Apa pun yang kita miliki, lembaran kain yang kita kenakan, makanan yang kita nikmati, tiada lain adalah berasal dari kemurahan Allah SWT kepada kita. Jantung kita berdegup setiap saat sehingga membuat kita tetap hidup sampai saat ini, padahal tidak mampu kita kendalikan degupnya, tiada lain adalah atas kekuasaan Allah. 

Tidak ada orang yang mendapatkan kesuksesan jika di hatinya terdapat kesombongan. Seorang pemimpin tidak akan sukses memimpin timnya kalau mendapatkan keberhasilan maka ia senang meninggikan dirinya sendiri di hadapan anak buahnya, seolah keberhasilan itu adalah berkat dirinya tanpa ada bantuan orang lain. Pemimpin yang demikian tak akan dicintai anak buahnya, tak akan mampu membangun teamwork yang solid. Sebaliknya, ia justru sedang membawa dirinya sendiri kepada kehancuran. 

Allah tidak menyukai hamba-Nya yang menyombongkan diri. Allah berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman [31]: 18)

Dalam ayat yang lain, Allah berfirman, “..Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.” (QS. an-Nahl [16]: 23)


Editor : Bsafaat