Telisik Hatimu, Apa Niat Postingan Medsosmu?

MEDIA sosial makin memudahkan keinginan eksistensi (dan narcism) sebagai manusia. Orang-orang sebagai audiens telah tersedia, dan media sosial untuk ia bercerita atau mengungkapkan apapun dan kapanpun, tinggal diunduh dan dipasang di gawai mereka. Satu sisi ini adalah musibah. Dan sisi musibah (atau fitnah) ini jauh lebih besar daripada sisi manfaatnya.

Telisik Hatimu, Apa Niat Postingan Medsosmu?
Ilustrasi/Net

MEDIA sosial makin memudahkan keinginan eksistensi (dan narcism) sebagai manusia. Orang-orang sebagai audiens telah tersedia, dan media sosial untuk ia bercerita atau mengungkapkan apapun dan kapanpun, tinggal diunduh dan dipasang di gawai mereka. Satu sisi ini adalah musibah. Dan sisi musibah (atau fitnah) ini jauh lebih besar daripada sisi manfaatnya.

Sebagian besar kaum muslimin yang menggunakan media sosial, mereka menulis dan memposting foto yang seringkali tidak perlu mereka lakukan itu. Hingga pada saatnya pun, sebagian pemakai media sosial memposting kegiatan mereka. Tidak kecuali kegiatan ibadah mereka.

Mari berpikir dengan jernih, bila memang tidak ada niat tertentu dalam/ketika memposting aktifitas ibadah, maka apa bedanya jika tidak diposting sama sekali? Bukankah suatu aktifitas memiliki niat yang mendasarinya? Lalu niat apa saat melakukan aktifitas memposting foto atau cerita tentang ibadah di media sosial?

Baca Juga : Banyak Kematian Mendadak di Sekitar Kita, Sabda Rasulullah Ini Bikin Tenang Jiwa

Ketahuilah, tidak sedikit orang yang menginginkan beribadah dengan suatu ibadah yang besar (seperti berkurban, umrah, haji, dll) namun mereka tidak mampu. Mereka hanya melakukan ibadah yang kecil seperti tersenyum dan menyapa ramah saudaranya, berderma dengan jumlah yang tidak besar, menyeringkan bershalawat nabi secara pelan, dan sejenisnya.

Bedanya, mereka yang mengamalkan amalan kecil tersebut tidak menampakkan amalannya di media sosial mereka. Sehingga teman-teman media sosial yang terhubung, tidak mengetahui amalan-amalan mereka.

Renungkanlah dengan jernih. Timbanglah dengan adil. Maka mana yang lebih baik; mereka yang menceritakan amal baiknya di media sosial, ataukah mereka yang tak mampu mengamalkan amalan besar dan hanya mengamalkan amalan kecil namun tak pernah ia ceritakan di media sosial?

Baca Juga : Ada Pria Hobi Pamer Dada dan Perut Sixpack, Hukumnya dalam Islam?

Maka, tahanlah jemarimu. Urungkan memposting. Pertimbangkan baik-baik, Apa yang mendasari saya memposting ini? Apa manfaatnya bagi saya bila saya posting hal/kegiatan ini?. Wa Huwa Alimun Bidzatish shudur, Dan Dia Maha Tahu segala isi hati (QS. Al Hadid: 6). (Quraniy(

Halaman :


Editor : Bsafaat