Tiga Amalan Utama Paling Dicintai Allah

BERBAKTILAH kepada kedua orangtua. Itulah amalan yang paling utama dan mendekatkan pelakunya kepada surga yang penuh kenikmatan. Sebaliknya, siapa yang durhaka; baginya siksa dunia sebelum azab neraka yang menyala apinya.

Tiga Amalan Utama Paling Dicintai Allah
Ilustrasi/Net

"Rida Allah tergantung kepada keridaan orangtua, dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orangtua." (Hr. Bukhari dalam Adabul Mufrad [2], Ibnu Hibban [2026-Mawarid], Tirmidzi [1900], Hakim [4/151-152])

Orangtua wajib dimuliakan oleh anak-anaknya. Bentuk keridaan pun bermacam-macam. Jika seorang murid mendapat keridaan orangtua, maka dia akan diberi kemudahan oleh Allah Taala dalam menuntut ilmu; seseorang yang akan menikah dan sudah memiliki calon pasangan, maka akan diberi kemudahan dalam menjalani kehidupan rumah tangga, dan lain sebagainya.

Dapat menghilangkan kesulitan

Baca Juga : Apakah Saudara Non Muslim Berhak Mendapat Warisan?

Dari Ibnu Umar, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Pada suatu hari, tiga orang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki gunung. Ketika mereka ada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi pintu gua. Sebagian mereka berkata kepada yang lain, Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan. Kemudian mereka memohon kepada Allah dan bertawasul melalui amal tersebut dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan yang mereka alami. Salah satu di antara mereka berkata, Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai kedua orangtua yang sudah lanjut usia, sedangkan aku mempunyai istri dan anak-anak yang masih kecil. Aku menggembala kambing."

"Setiap pulang, aku selalu memerah susu dan memberikan kepada kedua orangtuaku sebelum orang lain. Suatu hari, aku harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang sudah larut dan aku dapati kedua orang tuaku sudah tertidur. Lalu, aku tetap memerah susu sebagaimana biasanya. Susu tersebut tetap aku pegang, lalu aku mendatangi keduanya. Namun keduanya masih tertidur pulas."

"Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikannya kepada siapa pun sebelum susu itu kuberikan kepada kedua orangtuaku. Aku pun menunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orangtuaku bangun, aku memberikannya kepada keduanya. Setelah keduanya minum, barulah kuberikan kepada anak-anakku. "

Laki-laki itu setelah menyampaikan kisahnya, Ya Allah, seandainya perbuatan ini termasuk amal saleh karena Engkau, maka bukakanlah. Maka batu yang menutup pintu gua itu pun bergeser." (Hr. Bukhari, [Fathul Baari 4/449 no. 2272], Muslim, [2473] Bab Qishshash Ashhabil Ghaar ats-Tsalatsah Wa at-Tawasul bi Shalihil Amal).


Editor : Bsafaat