Uji Coba Plasma Darah di AS Dihentikan

Setelah sekian lama diuji dan diterapkan untuk penyembuhan virus COVID-19, pemerintah federal AS memberhentikan uji coba. Hal ini disebabkan produk darah dari pasien yang pulih ternyata tidak efektif untuk menyembuhkan dari virus.

Uji Coba Plasma Darah di AS Dihentikan
istimewa

Penelitian ini dilakukan pada 100.000 pasien yang semuanya menerima donor plasma. Studi itu mengungkapkan bahwa 7,3 persen kematian lebih di antara pasien yang memiliki tingkat antibodi sendiri yang kemudian menerima plasma. Persentase itu dibandingkan dengan pasien penerima plasma dengan sedikit antibodi.

Menurut para peneliti, pemberian plasma kepada pasien yang antibodinya sedikit atau lemah, meski efektif, sama saja dengan mengonsumsi plasebo. Plasebo sendiri adalah jenis obat kosong yang tidak mengandung zat aktif dan tidak dapat memberikan efek apa pun pada kesehatan.

Meski demikian, mereka tidak memasukkan metode pengobatan jenis plasebo. Karena, meski tidak memenuhi standar untuk uji klinis, plasma cukup efektif pada pasien yang memiliki antibodi kuat.

Baca Juga : DAM Tawarkan Program Khusus Pembelian Vario 125 di Jabar

Kemudian FDA juga melakukan penelitian bersama NIH. Hasil studi itu menjadi acuan mereka untuk memperbolehkan penggunaan plasma untuk segala pasien.

Namun, Scott Wright, salah satu peneliti bersama Michael Joyner, mengkritik terburu-burunya lembaga itu. Sebab studi ini masih terlal kecil untuk memberikan bukti yang dapat disimpulkan terkait efektivitas penyembuhan lewat donor plasma.

"Kita tahu, dibutuhkan lebih dari 1.000 pasien untuk menunjukkan manfaat efektivitasnya," ungkapnya.

Menurut Wright, uji coba yang dilakukan oleh FDA melibatkan terlalu sedikit pasien, dan belum memiliki cukup perawatan yang lebih potensial.


Editor : JakaPermana