Belajar Daring di Tengah Pandemi Covid-19, Ini Kata Pakar

Lebih dari empat pekan ini, penyebaran Covid-19 di Indonesia masih begitu masif, tak terkecuali di Jawa Barat. Hampir seluruh pertokoan, tempat keramaian bahkan di sekolah dan kampus-kampus begitu sepi.

Belajar Daring di Tengah Pandemi Covid-19, Ini Kata Pakar
Guru Besar Ilmu Politik sekaligus Kepala Pusat Kebijakan Publik Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prof. Cecep Darmawan. (Okky Adiana)

 

INILAH, Bandung - Lebih dari empat pekan ini, penyebaran Covid-19 di Indonesia masih begitu masif, tak terkecuali di Jawa Barat. Hampir seluruh pertokoan, tempat keramaian bahkan di sekolah dan kampus-kampus begitu sepi.

Melihat kondisi seperti ini, Guru Besar Ilmu Politik sekaligus Kepala Pusat Kebijakan Publik Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prof. Cecep Darmawan menyebut wabah Covid-19 sesuatu yang berat, khususnya belum ada pengalaman penyelengaraan pendidikan dalam masa pandemi yang begitu panjang.

Pertama, dilihat dari perspektif siswa dan mahasiswa untuk belajar di rumah. Bagaimana pembelajaran di rumah itu tidak mengurangi esensi pendidikan, walaupun tentu tidak seideal pembelajaran di sekolah.

Esensi dari proses pendidikan salah satunya melalui pembelajaran yang berkualitas dan humanis. Siswa dan mahasiswa harus tetap belajar. Begitu pun guru dan dosen harus belajar dari kondisi seperti ini. Terjalinnya interaksi instruksional yang harmonis antara siswa dan mahasiswa memerlukan saling pengertian. Bagaimana agar pembelajarannya tidak membebani siswa dan mahasiswa melebihi dari yang seharusnya, karena kondisi dalam keadaan wabah yang begitu panjang.

Dalam keadaan darurat seperti ini, kata Prof. Cewan, panggilan akrab Prof Cecep Darmawan ini, faktor psikologis juga harus diperhatikan. Kemudian kendala-kendala teknis di lapangan, harus juga dilihat. Misalnya untuk daerah-daerah atau masyarakat tertentu sulit melakukan kuliah atau pembelajaran daring karena keterbatasan ketersediaan jaringan internet. Intinya jangan semudah disemaratakan kondisi antardaerah, harus dilihat point perpointnya.

"Apalagi disparitas pendidikan kita masih terjadi. Hemat saya karena belum ada kepastian sampai kapannya, pemerimtah harus segera membuat perencanaan kebijakan yang multistrategi. Ada beberapa alternatif kebijakan, misalnya bulan ini harus ada skenarionya semacam planning yang terukur. Jangan sampai pemerintah menunggu saja, tapi dibuat perecanaan seperti perencanaan model A, B, C, D," ujar Ketua Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Jawa Barat dan sekaligus tim Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 di Jawa Barat yang di SK kan oleh Gubernur Jawa Barat ini, Minggu (12/4/2020).

Dia menyebutkan salah satu pembelajaran kuliah jarak jauh atau yang disebut daring dimana peserta dapat mengakses materi pembelajaran melalui jejaring internet baik berupa group video atau group chatting, dan lainnya. Menurut dia, pembelajaran daring itu satu alternatif yang bisa dilakukan, namun porsi dan pembelajaran harus diukur betul, jangan memberatkan siswa dan mahasiswa, juga jangan sampai menjadi boros kuota. Buatlah proses pembelajaran seefektif dan sehemat mungkin agar siswa dan mahasiswa bisa happy dan tetap semangat dengan pembelajaran itu

Kata dia, guru dan dosen juga bisa melakukan interaksi melalui media seperti pesan WhatsApp (WA), Email, zoom video, dan media lain yang bisa dimainkan. Intinya guru dan dosen memahami betul kondisi darurat pembelajaran.

"Sebetulnya secara teoretik memang harus diakui bahwa kuliah daring itu tidak sepenuhnya efektif dibandingkan pembelajaran konvensional yang biasa dilakukan di kelas dengan model tatap muka secara langsung. Tentu pembelajaran di kelas lebih banyak unggulnya dibanding daring. Tetapi saya katakan daring itu sebuah alternatif, semacam pintu emergensi atau darurat. Tidaklah adil membandingkan pembelajaran daring dengan pembelajaran biasa tatap muka dalam kondisi seperti ini.
Karena ini dalam kondisi darurat. Kecuali dalam kondisi normal, kita bisa membandingkan daring dan bukan daring. Kita tidak bijak jika membandingkan daring dan tatap muka langsung dalam kondisi saat ini," papar Kang Cewan.

Sebetulnya kata dia, kondisi pandemi ini adalah pembelajaran kehidupan yang mendalam dari Tuhan kepada seluruh umat manusia. Banyak positifnya dari sisi filosofis. Misalnya, ternyata manusia yang dianggap hebat dan super pinter sekalipun dengan kondisi seperti ini pun semua merasa kecil dan tidak ada apa-apanya. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih pun belum bisa menghentikan pandemi Covid-19 sampai hari ini. Negara-negara maju dan super power pun tidak berkutik menghadapi Covid19 ini.

Malah yang terjadi banyak manusia ketakutan dan stres menghadapi mahluk virus corona yang amat kecil dan tidak terlihat oleh mata telanjang.

"Dari sisi kehidupan dan bernegara ini juga mengingatkan semua pihak, pentingnya kita hidup bersama-sama, saling menolong, dan bergotong royong. Perlunya meningkatkan kihesifitas dan solidaritas sosial, dan kebersamaan, orang kaya membantu yang miskin. Ini sebetulnya momentum baik untuk kita berintrospeksi diri, meningkatkan keimanan kita dan melakukan kesholehan sosial, dengan tetap sabar, tawakal, dan ikhlas menghadapinya," tambah Kang Cewan, yang juga Wakil Ketua ICMI Jawa Barat ini. (Okky Adiana).

Baca Juga : DPD KNPI Kota Bandung Siap Bantu Pemerintah Tangani Corona


Editor : Bsafaat