Guru Besar IPB University Beberkan Rekayasa Agro-Ekofisiologi untuk Pengembangan Ubi Kayu di Indonesia 

Guru Besar IPB University Suwarto membeberkan rekayasa Agro-Ekofisiologi untuk pengembangan ubi kayu nasional berdaya saing dan berkelanjutan. Hal tersebut dimaksudkan agar ubi kayu menjadi komoditas strategis dan penggerak ekonomi. 

Guru Besar IPB University Beberkan Rekayasa Agro-Ekofisiologi untuk Pengembangan Ubi Kayu di Indonesia 
Guru Besar IPB University Suwarno memaparkan, saat ini pengembangannya diusahakan paling tidak oleh 105 negara tropika. Tanaman ini dikenal sebagai tropical potato dan the world’s most interesting vegetable karena mampu berproduksi di lahan marjinal ketika tanaman lain tidak berproduksi. (tangkjapan layar)

Suwarno menjelaskan, namun demikian, tingkat kesuburan tanah yang rendah, keterbatasan ketersediaan dan akses petani terhadap sarana produksi khususnya pupuk, budidaya yang belum sesuai dengan GAP. Selain itu menurunanya kesuburan lahan akibat penanaman terus menerus merupakan kendala mencapai produktivitas tersebut.

"IPB Prima-cassava untuk daya saing dan keberlanjutan. Tiap bagian tanaman ubi kayu mengandung hara makro N, P, dan K. Hara ini terangkut dari lahan bersamaan dengan biomassa yang diangkut saat panen. Semakin banyak biomassa terangkut, semakin banyak hara hilang dari lahan. Apabila tidak ada pengembalian yang cukup maka akan terjadi pengurasan hara tanah atau neraca hara negatif sehingga ubi kayu dikonotasikan menguruskan tanah," jelasnya.

Ia juga mengatakan, panen yang hanya mengangkut umbi 40 ton/hektare, neraca hara N, P, dan K positip. Panen yang mengangkut seluruh biomassa tanaman, neraca hara N dan K negatif. Panen yang mengangkut 40 ton umbi dan 60 persen biomassa batang untuk bibit, neraca N, P, dan K positip. Penerapan GAP dikombinasikan pengembalian biomassa berperan penting dalam meningkatkan kesuburan lahan untuk daya saing dan keberlanjutan ubi kayu nasional.

Baca Juga : Iwan Setiawan : Dinkes Sudah Tangani Warga Parungpanjang yang Terpapar Virus Cacar Monyet

"Implementasi teknologi ini yang dikemas dalam SOP budidaya ubi kayu IPB Prima-Cassava meningkatkan pendapatan 20% pada tahun pertama implementasi dan 54% pada tahun berikutnya dibandingkan teknologi konvensional (Rp13.675.000/hektare/musim)," terangnya.

Suwarno juga menyampaikan, strategi mengembalikan biomassa. Petani umumnya mengangkut biomassa tanaman ubi kayu seluruhnya dari lahan karena memiliki nilai ekonomi. Oleh karenanya perlu pendampingan kepada petani untuk mengembalikan minimal 40% bagian batang dan seluruh bagian daun serta mengembangkan teknologi penghancuran biomassa tersebut untuk mempercepat dekomposisi dan menyediakan kembali hara N, P, K untuk tanaman berikutnya.

"Untuk terlaksananya pengembalian biomassa dalam produksi ubi kayu perlu dukungan dari berbagai pihak," ujarnya.*** (rizki mauludi)

Baca Juga : Kenaikan UMK 2024 di Kota Bogor Masih Dibahas Disnaker

Halaman :


Editor : Doni Ramdhani