ICA-ITB Dorong Keselamatan Kelistrikan

Seiring revolusi industri 4.0, International Copper Association (ICA) menilai keselamatan listrik di Tanah Air relatif krisis. Perkembangan dunia industri tersebut menggabungkan teknologi otomatisasi dengan cyber technology. 

ICA-ITB Dorong Keselamatan Kelistrikan
Foto: Syamsuddin Nasoetion

INILAH, Bandung - Seiring revolusi industri 4.0, International Copper Association (ICA) menilai keselamatan listrik di Tanah Air relatif krisis. Perkembangan dunia industri tersebut menggabungkan teknologi otomatisasi dengan cyber technology. 

East & Southeast Asia Director  ICA Collin May mengatakan, revolusi industri 4.0 itu terdapat lima sektor yang menjadi pendorong perkembangan. Yakni, minuman, kimia, tekstil, elektronik/listrik, dan otomotif.

“Pada industri 4.0 dalam hal elektronik/listrik dan otomotif harus mempunyai tembaga yang memiliki SNI (Standar Nasional Indonesia). Tembaga memiliki tingkat konduktif 30% lebih tinggi dibandingkan logam lainnya yang berarti meningkatkan efisiensi,” kata Collin saat penandatanganan letter of intent (LOI) kampanye keselamatan kelistrikan di ITB, Senin (29/4/2019).

Menurutnya, dalam industri otomotif tembaga merupakan material kunci untuk transportasi menjadi lebih bersih. Pada mobil listrik, jumlah penggunaan tembaga empat kali lebih banyak dibandingkan mobil konvensional.

Berdasarkan data Dinas Pemadam Kebakaran di salah satu kota besar di Indonesia, pada 2016 terjadi bencana kebakaran sebanyak 1.047 kali. Dimana 754 di antaranya disebabkan karena listrik. Pada 2017, jumlahnya meningkat menjadi 1.185 kejadian dengan 851 disebabkan karena listrik. 

Penyebab kebakaran antara lain perawatan tidak sesuai standar, terdapat bagian listrik yang terbuka dan isolasi kabel yang buruk. Selain itu, terjadi overload pada sistem instalasi listrik, kerusakan pada sistem instalasi listrik, penggunaan peralatan instalasi listrik yang standar, serta kondisi listrik yang buruk.

“Ini adalah sebuah kenyataan umum tidak hanya di Indonesia, tapi di beberapa negara bahwa pengguna atau konsumen tidak peduli dengan kabel listrik di rumahnya. Orang-orang mengira bahwa kabel listrik dirumah mereka sudah aman dan sistem pelistrikannya sudah diatur dan dicek,” jelasnya. 

Halaman :


Editor : Doni Ramdhani