Kontroversi Hukum Menggadaikan Perhiasan Emas

SEBELUM dan sesudah Hari Raya Idul Fitri biasanya cukup banyak ibu rumah tangga yang menggadaikan perhiasan emasnya di kantor-kantor pegadaian, apalagi di masa sulit seperti saat ini. Menggadaikan perhiasan emas, mereka lakukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka sehari-hari.

Kontroversi Hukum Menggadaikan Perhiasan Emas
Istimewa

Ketiga, dalam gadai emas terjadi akad rangkap, yaitu gabungan akad rahin dan ijarah. Bagi kami akad rangkap tidak boleh menurut syara, mengingat terdapat hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Masud RA, beliau berkata, "Nabi SAW melarang dua kesepakatan dalam satu kesepakatan (shafqatain fi shafqatin)" (HR Ahmad, Al-Musnad, I/398). Imam Syaukani dalam Nailul Authar mengomentari hadits Ahmad tersebut, "Para periwayat hadits ini adalah orang-orang kepercayaan (rijaluhu tsiqat)." Menurut Imam Taqiyuddin an-Nabhani, hadis ini melarang adanya dua akad dalam satu akad, misalnya, menggabungkan dua akad jual beli menjadi satu akad, atau menggabungkan akad jual-beli dengan akad ijarah. (Al-Syakhshiyah Al-Islamiyah, II/308).

Memang sebagian ulama telah membolehkan akad rangkap. Namun perlu kami sampaikan, ulama yang membolehkan pun, telah mengharamkan penggabungan akad tabarru yang bersifat non komersial (seperti qardh atau rahn) dengan akad yang komersial (seperti ijarah). (Ibnu Taimiyah, Majmu al-Fatawa, 29/62; Fahad Hasun, Al-Ijarah al-Muntahiyah bi At-Tamlik, hlm. 24).

Berdasarkan tiga alasan tersebut, gadai emas haram hukumnya. Kami tegaskan pula, fatwa DSN MUI mengenai gadai emas menurut kami keliru dan tidak halal diamalkan oleh kaum muslimin. Wallahu alam. [konsultasisyariah]

Baca Juga : Minyak Wangi Mengandung Alkohol, Najiskah?

Halaman :


Editor : Bsafaat