Literasi Digital Minim Lebarkan Kesenjangan Sosial Ekonomi

Minimnya pegetahuan sumber daya manusia (SDM) dalam mengoptimalkan teknologi digital dan infrastruktur membuat kesenjangan digital di Indonesia masih sangat lebar, walaupun kini sudah memasuki era Rev

Literasi Digital Minim Lebarkan Kesenjangan Sosial Ekonomi
INILAH, Jakarta – Minimnya pegetahuan sumber daya manusia (SDM) dalam mengoptimalkan teknologi digital dan infrastruktur membuat kesenjangan digital di Indonesia masih sangat lebar, walaupun kini sudah memasuki era Revolusi Industri 4.0.
 
Data Temasek dan Google memperkirakan pertumbuhan ekonomi internet di Indonesia pada tahun 2018 mencapai USD 27 miliar dan diprediksi akan terus berkembang mencapai USD 100 miliar delapan tahun mendatang.
 
Rektor Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta Agustinus Prasetyantoko mengatakan, sebenarnya data yang diprediksi Temasek dan Google tersebut dapat menjadi peluang yang baik jika Indonesia mampu menangani tantangan Revolusi Industri 4.0.
 
Dia menyebutkan, tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 yakni mengatasi kesenjangan digital yang masih lebar serta masih kurangnya pengetahuan SDM kita dalam mengoptimalkan teknologi digital dan infrastruktur.
 
"Kesenjangan digital yang masih tinggi ini dapat berdampak pada semakin besarnya kesenjangan sosial dan ekonomi," kata Agustius dalam diskusi akhir tahun Atma Jaya di Jakarta, akhir pekan ini.
 
Pesatnya kemajuan teknologi di bidang artificial intelliigence (AI) dan Internet of things bukan saja menghadirkan isu SDM, tetapi juga bagaimana teknologi dikembangkan untuk memecahkan masalah sosial di Indonesia. 
 
"Salah satu solusi yang ditawarkan sebagai pengembang SDM adalah memperkuat program melek digital atau digital literacy," katanya.
 
Menurut Prasetyantoko, Universitas Katolik Atma Jaya merasa perlu berkontribusi dalam membangun Indonesia untuk siap menghadapi revolusi industri 4.0. Hal ini selaras dengan misi pemerintah dalam menjadikan Indonesia sebagai salah satu 10 besar negara dengan ekonomi terkuat di tahun 2030 dan juga pada misi “Making Indonesia 4.0”.
 
"Industri 4.0 hadir dengan kemampuannya dalam meningkatkan produktivitas, tetapi tantangan-tantangan baru pun bermunculan terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia," ujarnya.


Editor : inilahkoran