Menelisik Efektivitas Kebijakan Pemilihan Stafsus Milenial Ala Jokowi

Baru saja Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengumumkan tujuh Staf Khusus (Stafsus) yang akan membantunya dalam menjalani roda pemerintahan.

Menelisik Efektivitas Kebijakan Pemilihan Stafsus Milenial Ala Jokowi
ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

INILAH, Bandung - Baru saja Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengumumkan tujuh Staf Khusus (Stafsus) yang akan membantunya dalam menjalani roda pemerintahan.

Namun, dalam penunjukannya kali ini ada yang berbeda. Pasalnya, ketujuh Stafsus Presiden Jokowi diisi oleh kelompok muda atau generasi milenial. Lalu efektifkah penunjukan generasi Milenial sebagai Stafsus? Mampukah para Staf Khusus Jokowi menjawab mengejawantahkan visi dan misi Presiden ke Masyarakat?

Menanggapi hal tersebut, Direktur Lingkar Kajian Komunikasi Politik (LKKP) Adiyana Slamet mengatakan, pemilihan tujuh orang generasi milenial menjadi Stafsus Presiden merupakan sebuah kebijakan yang tepat.

Hal itu dikarenakan, Lanjut Adiyana, saat ini masyarakat Indonesia didominasi oleh generasi milenial. Bahkan angkanya hingga mencapai 60% dari jumlah penduduk di Indonesia.

"Saya kira pak Jokowi melihat pada sisi bonus demografi saat ini. Dimana lebih dari setengah penduduk Indonesia didominasi generasi Milenial. Sehingga generasi milenial dianggap dapat menjadi representatif dari hal itu, dan juga dapat lebih memahami bagaimana permasalahan kekinian saat ini di Indonesia," ucap Adiyana saat ditemui di Jalan Lengkong, Kota Bandung, Jumat (22/11/2019).

Lebih lanjut, pemilihan tujuh stafsus dari generasi milenial bukanlah sebuah keputusan mudah. Pasalnya, Presiden Jokowi berani mengambil keputusan yang tidak biasa dari presiden-presiden sebelumnya.

Misalnya, Adiyana menyebutkan, seringkali pada kepemimpinan presiden-presiden sebelumnya, stafus diisi oleh oleh nama-nama besar yang telah melalangbuana di dunia politik.

"Pembisik presiden tidak harus dari orang politik. Dibutuhkan untuk berikan masukan yang konstruktif dan out the box untuk bangun pada sektor rakyat indonesia yang tadi 60% (jumlah generasi milenial di Indonesia)," ujar Adiyana.

"Orang-orang ini juga bukan generasi milenial biasa, mereka memiliki segudang pengalaman dan prestasi yang telah dicapainya," sambung Adiyana.

Adiyana menambahkan, setelah penunjukan tersebut. Tugas paling berat dari stafsus saat ini adalah bagaimana mengejawantahkan atau mengkomunikasikan apa yang menjadi kebijakan Presiden Jokowi.

"Ketujuh orang ini mempunyai PR satu diantaranya bagaimana mereka melakukan komunikasi politik kepada masyarakat terkait misi Presiden Jokowi pada periode kali ini yaitu pembangunan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) yang baik," tuturnya.

"Sehingga anak-anak muda atau generasi milenial di Indonesia dapat lebih produktif, kreatif dan terciptanya kualitas SDM yang baik," tandasnya.

Dihubungi terpisah, Ketua DPD KNPI Kota Bandung Hendra Guntara mengungkapkan, selaku organisasi yang menaungi generasi milenial atau pemuda, mengapresiasi atas penunjukan Stafsus yang dilajukan Presiden Jokowi.

Hal ini dinilainya, membuktikan keberpihakan Presiden Jokowi terhadap kelompok muda. Selain itu, pemilihan Stafsus Presiden didasari pada kualitas ketujuh orang tersebut.

"Saya lihat generasi muda harus dikasih kesempatan, kita tidak akan pernah tahu kapasitas dan kualitas seseorang klo dia tdk diberikan kesempatan. Orang-orang ini, saya kira pak presiden tidak bgtu saja memilih asal-asalan tentu melalui kualifikasi prasayarat lainnya," ungkap Hegun sapaan Akrab Hendra Gunrara saat dihubungi melalui sambungan telepon.

Hegun menambahkan, dirinya berharap ketujuh anak muda tersebut dapat memberikan kontribusi besar bagi roda pemerintahan saat ini.

"Ini hal yg positif, mudah-mudahan teman generasi milenial ini mampu memberikan sumbangsih pemikiran moril dan materil ide dan gagasannya secara maksimal dan optimal. Sehingga tidak kalah dengan seniornya yg lain. Mampu mewarnai," pungkasnya.

Perlu diketahui, pada Kamis (21/11/2019) Presiden Jokowi mengumumkan tujuh orang Staf Khusus yang akan membantunya dalam menjalani roda pemerintahan. Diantaranya, Putri Tanjung (CEO dan Founder Creativepreneur), Adamas Belva Syah Devara (Pendiri Ruang Guru), Ayu Kartika Dewi (Perumus Gerakan Sabang Merauke), Angkie Yudistia - Pendiri Thisable Enterprise (Kader PKPI, difabel tuna rungu), Billy Mambrasar (Pemuda asal Papua, penerima beasiswa kuliah di Oxford), Aminuddin Maruf (Aktivis Kepemudaan Mahasiswa, mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Indonesia (PMII)), dan Andri Taufan Garuda (CEO Amartha). (Ridwan Abdul Malik)


Editor : JakaPermana