Pemanfaatan Co-firing Biomassa PLN Tekan Emisi Karbon

Sepanjang semester I 2023, penggunaan biomassa sebagai co-firing pembangkit PLN mampu menekan emisi karbon hingga 429 ribu ton CO2.

Pemanfaatan Co-firing Biomassa PLN Tekan Emisi Karbon
Dalam masa transisi energi, PLN menggunakan teknologi co-firing di 40 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sebagai upaya menekan penggunaan batu bara. Pemanfaaran co-firing merupakan substitusi batu bara pada rasio tertentu dengan bahan biomassa seperti pellet kayu, sampah, cangkang sawit, dan sawdust atau serbuk gergaji. (istimewa)

INILAHKORAN, Bandung - Sepanjang semester I 2023, penggunaan biomassa sebagai co-firing pembangkit PLN mampu menekan emisi karbon hingga 429 ribu ton CO2.

Dalam masa transisi energi, PLN menggunakan teknologi co-firing di 40 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sebagai upaya menekan penggunaan batu bara. Pemanfaaran co-firing merupakan substitusi batu bara pada rasio tertentu dengan bahan biomassa seperti pellet kayu, sampah, cangkang sawit, dan sawdust atau serbuk gergaji. 

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, co-firing dilakukan tak sekadar mengurangi emisi tetapi juga memberdayakan masyarakat dan membangun ekonomi kerakyatan. PLN mengajak masyarakat untuk terlibat aktif membuat bahan baku co-firing. Mulai dari penanaman tanaman biomassa hingga pengelolaan sampah rumah tangga wilayahnya untuk dijadikan pellet.

Baca Juga : Lestarikan Teh Indonesia, Tokopedia Dorong UMKM Jabar Perluas Pasar Lewat Inisiatif Hyperlocal

“Kehadiran program ekonomi kerakyatan co-firing ini juga merupakan langkah nyata PLN menjawab persoalan global. Mewujudkan Indonesia yang bersih dan mandiri energi. Meningkatkan kapasitas nasional dengan prinsip ESG (environmental, social and governance),” kata Darmawan, Senin 24 Juli 2023.

Menurutnya, secara kumulatif pada semester I 2023 kemarin penggunaan biomassa mencapai angka 0,4 juta ton dan akhir tahun ditargetkan mencapai 1 juta ton, lebih tinggi dari pada 2022 yakni 0,58 juta ton. Begitu pula jika dilirik dari 2021 yang hanya 0,29 juta ton. Penggunaan biomassa ini akan terus bertumbuh hingga 10 juta ton pada 2025.

Darmawan merinci, penerapan co-firing di wilayah Sumatera dan Kalimantan (Sumkal) sebanyak 38.547 ton, Sulawesi, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara (Sulmapana) 12.445 ton, dan Jawa, Madura dan Bali (Jamali) sebanyak 353.575 ton biomassa.

Baca Juga : EMLI Undang Para Pelaku Industri Manufaktur di Jabar Ikuti Seminar Nasional di Bandung

“Ke depan PLN akan lebih trengginas lagi, dari 40 PLTU yang sudah terealisasi, hingga akhir tahun ini kami akan menambah dua PLTU, dan bertahap mencapai 52 PLTU di 2025 nanti. Sehingga, co-firing biomassa dapat menyumbang 12% dari total bauran EBT (Energi Baru Terbarukan) di 2025,” jelasnya.

Halaman :


Editor : Doni Ramdhani