Pengamat Politik Nasional Sebut Keputusan Ridwan Kamil Gabung ke Partai Golkar Tidak Tepat Bila...

Pengamat Politik Nasional Ray Rangkuti menyebut, keputusan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berlabuh ke Partai Golkar tidak tepat bila yang ditargetkan adalah posisi baik menjadi calon wakil presiden maupun presiden pada Pemilu 2024 mendatang.

Pengamat Politik Nasional Sebut Keputusan Ridwan Kamil Gabung ke Partai Golkar Tidak Tepat Bila...
Pengamat Politik Nasional Ray Rangkuti menyebut, keputusan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berlabuh ke Partai Golkar tidak tepat bila yang ditargetkan adalah posisi baik menjadi calon wakil presiden maupun presiden pada Pemilu 2024 mendatang./
INILAHKORAN, Bandung - Pengamat Politik Nasional Ray Rangkuti menyebut, keputusan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berlabuh ke Partai Golkar tidak tepat bila yang ditargetkan adalah posisi baik menjadi calon wakil presiden maupun presiden pada Pemilu 2024 mendatang.
Ray menjelaskan, peluang Kang Emil -sapaan Ridwan Kamil diusung oleh Golkar sebagai capres maupun cawapres sangat tipis. Pertama, partai berlogo pohon beringin tersebut sudah mendeklarasikan Ketua Umum Airlangga Hartarto sebagai calon presiden. Kedua, bila di plot sebagai wakilnya pun kata dia, akan sangat berat sebab Golkar butuh berkoalisi dengan partai lain yang tentunya telah memiliki jagoan tersendiri untuk diusung.
"Kalau soal cocok (masuk Golkar), kita enggak tahu karena kita enggak tahu apa target beliau pribadi. Apakah kalau mau jadi caleg, Golkar ya mungkin. Tapi kalau mau jadi capres atau cawapres, itu rasanya enggak mungkin. Itu bukan pilihan yang strategis malah. Jadi ini sangat tergantung pada targetnya dia, kalau mau jadi capres, cawapres itu ya bukan masuk Golkar, mestinya masuk partai lain. Karena di Golkar itu ada Airlangga," ujarnya saat dihubungi Rabu (18/1/2023) sore.
"Kalau targetnya itu capres, cawapres, masuk Golkar itu enggak ideal karena dia pasti akan kesulitan menggusur Airlangga. Tapi kalau dia targetnya jadi gubernur, anggota dewan, ya masuk Golkar itu mungkin tepat. Harus pakai partai-partai yang lain. Misalnya mendarat ke PPP. Kalau Airlangga dan Ridwan Kamil sama-sama dari Golkar (maju sebagai pasangan capres dan cawapres), siapa yang mau dekat sama mereka. Jangankan Partai Golkar, PDI Perjuangan saja enggak mungkin mau jalan sendiri," imbuhnya.
Beda cerita kata Ray, bila masuknya Kang Emil ke Golkar dalam rangka persiapan jelang Pilkada Jabar atau Pileg 2024. Sebab menurutnya partai yang identik berwarna kuning tersebut telah memiliki pondasi kuat, baik di Jawa Barat maupun nasional. Tentunya akan sangat baik bagi Ridwan Kamil bergabung dengan partai tersebut.
"Golkar punya basis yang kuat di Jawa Barat. Jadi masuk Golkar itu ibaratnya tentu seperti masuk dalam suasana dimana secara umum warganya di Golkar itu. Kedua, infrastuktur Golkar sudah cukup bagus. Jadi bisa menjangkau seluruh Indonesia. Sejauh ini, Golkar adalah salah satu partai yang relatif, hampir rekrutmen kadernya itu jauh lebih terbuka bagi siapa pun. Ketimbang partai-partai lain yang mungkin bagi Pak Emil harus bukan bertanding kapasitas, tapi harus bertanding kedekatan-kedekatan, jarak, klan-klan. Di golkar itu relatif lebih terbuka, memungkinkan orang bersaing kapasitas," ucapnya.
"Ini merupakan cara dia melebarkan ketokohan itu. Jadi bukan lagi sekadar tokoh lokal, Jabar,. Tapi tokoh nasional melalui Partai Golkar yang kebetulan punya infrastukur yang sangat solid sampai ke seluruh Indonesia. Dia akan memvisualisasikan dirinya sebagai tokoh nasional," pungkasnya. (Yuliantono)***


Editor : JakaPermana