Waspada, Habis Kebakaran Terbitlah Banjir

Masyarakat Cirebon diingatkan mewaspadai dampak potensi peningkatan hujan selama tiga hari ke depan. Di sisi lain, meski kebakaran menurun memasuki musim penghujan ini, kewaspadaan patut dimiliki.

Waspada, Habis Kebakaran Terbitlah Banjir

 

INILAH, Cirebon- Masyarakat Cirebon diingatkan mewaspadai dampak potensi peningkatan hujan selama tiga hari ke depan. Di sisi lain, meski kebakaran menurun memasuki musim penghujan ini, kewaspadaan patut dimiliki.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, memprakirakan, peningkatan curah hujan berpotensi terjadi di lima daerah se-Wilayah Cirebon pada 13-15 November 2018. Kelima daerah tersebut masing-masing Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan.

"Peningkatan curah hujan di Wilayah Cirebon hari ini dan beberapa hari ke depan seperti ini dipicu adanya aktivitas aliran massa udara basah atau fenomena Madden Jullian Oscillation (MJO)," jelas Forecaster BMKG Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn, Selasa (13/11).

Fenomena MJO, katanya, terjadi dari Samudera Hindia sebelah barat Sumatera menuju wilayah Indonesia, terutama Indonesia bagian barat dan tengah. Kondisi itu menyebabkan atmosfer wilayah tersebut menjadi sangat basah.

Di sisi lain, proses konveksi (pemanasan) dan penguapan lokal serta adanya pola belokan maupun perlambatan kecepatan angin di Wilayah Cirebon, turut mendukung pembentukan dan pertumbuan awan-awan hujan. Keadaan itu mengakibatkan peningkatan curah hujan yang signifikan di Wilayah Cirebon.

"Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang di sekitar Wilayah Cirebon dalam periode tiga hari ke depan," tambahnya.

Hujan lebat dan angin kencang dimungkinkan menyebabkan dampak seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin puting beliung, angin kencang, hingga pohon tumbang dan jalan licin. Pihaknya pun mengimbau masyarakat untuk mewaspadai dampak yang dapat ditimbulkan tersebut.

Sementara itu, memasuki musim penghujan, potensi bahaya kebakaran di Kabupaten Cirebon diperkirakan menurun dibanding saat kemarau. Dari rata-rata tiga kali kejadian setiap hari pada musim kering, saat musim penghujan, potensi kebakaran menurun setengahnya.

"Ya, memasuki musim penghujan potensi kebakaran memang turun menjadi setengahnya dari tiga kali sehari saat kemarau," kata Kepala Seksi Tanggap Darurat Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Cirebon, Eno Sujana.

Selama musim kering pada 2018 ini, Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Cirebon sendiri mendata, 357 kejadian. Dari 357 kejadian itu, dalam kurun waktu Juli-September atau selama masa puncak musim kemarau, tercatat 237 kebakaran terjadi se-wilayah Kabupaten Cirebon.

Menurut Eno, jumlah kejadian pada puncak kemarau 2018 itu melampaui angka kejadian dalam satu tahun pada 2017. Tahun lalu, jumlah kebakaran yang terjadi selama setahun tercatat 231 kejadian.

Selama 2018, kebakaran setidaknya telah menghilangkan satu korban jiwa yakni seorang balita asal Kecamatan Susukanlebak. Sementara, total kerugian materil akibat kebakaran sedikitnya mencapai Rp17 miliar.

"Kebakaran terbesar dialami pabrik pakan ternak PT Sido Agung di Kecamatan Pangenan yang mencapai Rp15 miliar, pada Juli 2018 atau sehari setelah Idul Fitri. Yang terbakar ketika itu bahan baku jagung sebanyak 3 juta kilogram yang disimpan dalam silo atau tempat penyimpanan jagung," cetusnya.

Selain bangunan, kebakaran juga telah melanda lahan perkebunan tebu. Dia mengingatkan masyarakat, meski secara umum menurun, potensi kebakaran tetap ada selama musim penghujan, terutama dari penggunaan lilin kala listrik padam.

 


Editor : inilahkoran