Berhijab bukanlah Pilihan

MENYOAL jilbab atau hijab bukan hanya berkisar selembar kain penutup aurat. Hijab sesungguhnya menunjukkan bukti ketaatan seorang hamba kepada Khaliknya.

Berhijab bukanlah Pilihan
Ilustrasi/Net

Nazma Khantidak pernah mengira, jika pengalaman pahitnya berhijab kini berbuah manis. Jilbab atau hijab yang ia kenakan, yang sebelumnya jadi pemicu berbagai perlakuan diskriminatif kepadanya, malah membuatnya menjadi pencetus gagasan Hari Hijab Dunia (World Hijab Day). Yakni suatu hari pada awal Februari (tanggal 1), saat jutaan orang di seluruh dunia merayakannya.

Dara kelahiran Bangladesh ini, pindah ke Amerika Serikat (AS) saat berusia 11 tahun. Saat itu ia telah berhijab. Namun, lingkungan tempat tinggalnya di Bronx, New York, tergolong anti terhadap simbol-simbol Islam. Apalagi Nazmamerupaan satu-satunya yang berhijab saat belajar di sekolah menengah. Jadilah ia dibully, baik di sekolah maupun dari orang-orang di sekitar kediamannya. Tidak jarang Nazma mengalami teror verbal (umpatan/hinaan) dan fisik.

Hidup dalam lingkungan yang tidak kondusif, bahkan memusuhi perempuan muslim yang berhijab, tidak lantas membuatnya terpuruk. Sebaliknya, Nazma berusaha mendobrak paradigma bahwa hijab tidak identik dengan perbuatan atau sikap barbar (teroris). Nazma berusaha menyuarakan gagasan jika hijab merupakan simbol keyakinan dan identitas seorang muslimah.

Baca Juga : Khitan Wanita: Cerahkan Wajah, Senangkan Suami

Tidak disangka, gagasannya memperoleh sambutan dunia. Tanggal 1 Februari 2013 menjadi hari bersejarahbagi Nazma. Ia menginisiasi gerakan Hari Hijab Dunia. Saat itu, ada puluhan ribu orang dari 50 negara berdiri di belakangnya.Bahkan tidak sedikit perempuan non-muslim yang turut mengenakan hijab. Mereka melakukannya karena didasari rasa solidaritas dan menyetujui gagasan bahwa hijab adalah hak asasi seorang muslimah. [*]

* Suhendri Cahya Purnama (santri karya MQ Daarut Tauhiid)

Halaman :


Editor : Bsafaat