BKBBN Jabar Optimistis Prevalensi Stunting Turun Minimal 14 Persen Sesuai Target Nasional

Menyusul catatan positif penurunan prevalensi stunting dari 24,5 persen pada 2021 menjadi 20,2 persen di 2022, membuat Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional atau BKKBN Jabar optimistis target minimal menembus 14 persen pada 2024 dapat terealisasi.

BKBBN Jabar Optimistis Prevalensi Stunting Turun Minimal 14 Persen Sesuai Target Nasional
Pranata Humas Perwakilan BKKBN Jabar Roy Primera mengatakan, kans tersebut sangat terbuka lebar bila merujuk hasil Survei Sehat Gizi Indonesia (SSGI) lewat penurunan tersebut. Menurutnya, bila di 2023 dan 2024 terjadi penurunan di angka yang sama, maka peluang mewujudkan stunting di Jabar menjadi 14 persen menjadi keniscayaan. (net)

INILAHKORAN, Bandung - Menyusul catatan positif penurunan prevalensi stunting dari 24,5 persen pada 2021 menjadi 20,2 persen di 2022, membuat Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional atau BKKBN Jabar optimistis target minimal menembus 14 persen pada 2024 dapat terealisasi.

Pranata Humas Perwakilan BKKBN Jabar Roy Primera mengatakan, kans tersebut sangat terbuka lebar bila merujuk hasil Survei Sehat Gizi Indonesia (SSGI) lewat penurunan tersebut. Menurutnya, bila di 2023 dan 2024 terjadi penurunan di angka yang sama, maka peluang mewujudkan stunting di Jabar menjadi 14 persen menjadi keniscayaan.

Kendati Roy tidak menampik, menurunkan angka stunting secara konstan bukan perkara mudah. Terutama dalam meyakinkan masyarakat, untuk sama-sama peduli mencegah dan menyembuhkan gagal tumbuh atau stunting pada anak.

Baca Juga : Optimisme DP3AKB Jabar Tekan Stunting Menuju Indonesia Emas 2045

“In Syaa Allah di 2024 bisa tercapai untuk 14 persen. Hambatan pasti ada, terutama pola hidup masyarakat. Mulai dari sebelum menikah, ibu hamil sampai bayi baru lahir. Ini tantangan tersendiri bagi BKKBN. Makanya kita mengupayakan dengan banyak program,” kata Roy pada INILAHKORAN, Rabu 22 November 2023.

Di antaranya program pembangunan keluarga, kependudukan dan keluarga berencana (Bangga Kencana) dan percepatan penurunan stunting. Dimana semuanya berfokus pada sektor hulu atau pencegahan, agar tidak ada lagi angka prevalensi stunting anyar yang muncul.

“Mulai dari calon pengantin kita dampingi. Kita punya tim pendamping keluarga (TPK) yang terdiri dari kader PKK dan tenaga kesehatan. Kita pantau sampai nanti anak berusia dua tahun. Kemudian kita juga ada program 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Masa emas anak harus betul-betul dijaga asupan gizinya, termasuk ibunya,” ucapnya.

Baca Juga : Disnakertrans Jabar Harap Usulan UMK Masuk 27 November 2023 Ini

Mengenai kolaborasi, Roy mengaku BKKBN terus melakukan upaya bersama baik dengan pemerintah tingkat provinsi, kota/kabupaten hingga swasta. Termasuk dengan instansi lain seperti Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperkim) dan Dinas Kesehatan, dalam upaya mencegah stunting.

Halaman :


Editor : Doni Ramdhani