Optimisme DP3AKB Jabar Tekan Stunting Menuju Indonesia Emas 2045

Sikap optimisme terus dibangun Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana atau DP3AKB Jabar dalam menekan stunting guna menyukseskan Indonesia Emas 2045.

Optimisme DP3AKB Jabar Tekan Stunting Menuju Indonesia Emas 2045
Kepala DP3AKB Jabar dr Siska Gerfianti menuturkan, upaya massif terus dilakukan dalam mengintervensi prevalensi stunting. Dimana harapannya kinerja positif ini terus membaik, guna mewujudkan Jabar nett zero stunting serta membawa generasi mumpuni untuk Indonesia Emas 2045. (yuliantono)

INILAHKORAN, Bandung - Sikap optimisme terus dibangun Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana atau DP3AKB Jabar dalam menekan stunting guna menyukseskan Indonesia Emas 2045.

Catatan ciamik penurunan stunting atau gagal tumbuh pada anak yang sebelumnya 24,5 persen pada 2021 dan menjadi 20,2 persen di 2022, atau terjadi penurunan sekitar 4,3 persen menguatkan keyakinan DP3AKB Jabar bahwa bukan tidak mungkin di 2024 mendatang, angka prevalensi stunting menjadi 14 persen sesuai target nasional. Sekaligus mewujudkan Indonesia Emas 2045 mendatang.

Kepala DP3AKB Jabar dr Siska Gerfianti menuturkan, upaya massif terus dilakukan dalam mengintervensi prevalensi stunting. Dimana harapannya kinerja positif ini terus membaik, guna mewujudkan Jabar nett zero stunting serta membawa generasi mumpuni untuk Indonesia Emas 2045.

Baca Juga : Disnakertrans Jabar Harap Usulan UMK Masuk 27 November 2023 Ini

“Saat ini prevalensi stunting di Jawa Barat pada 2022 adalah 20,2 persen. Artinya melampaui target RPJMD 21,02 persen. Sejak 2018 rata-rata penurunan 2,72 persen pertahun dan ini konsisten. Kita harap ini terus berlanjut sampai mewujudkan Indonesia Emas 2045,” ujar dr Siska pada INILAHKORAN, Rabu 22 November 2023.

Dia menambahkan, persoalan gagal tumbuh pada anak sejatinya tidak dapat diselesaikan secara mudah. Butuh kolaborasi, baik dengan sesama organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan Pemprov Jabar, pemerintah kota/kabupaten, pemerintah pusat, swasta dan tentunya masyarakat.

Persoalan ekonomi dan kurangnya pengetahuan akan stunting, menjadi faktor utama masih adanya kasus tersebut. Maka dari itu, celah ini selalu diupayakan secara bersama agar prevalensi stunting dapat ditekan, karena memiliki dampak yang sangat pelik dalam masa depan bangsa.

Baca Juga : Sosialisasi Perda Desa Wisata, Ahmad Hidayat Ajak Masyarakat Gali Potensi Daerah

“Penyebab stunting adalah malnutrisi dalam jangka panjang. Kendala di Jawa Barat di antaranya faktor ekonomi. Masalah ini penting untuk diselesaikan. Kami bersama stakeholders terus berkolaborasi, berbarengan berupaya menekan stunting di Jawa Barat,” ucapnya. 

Halaman :


Editor : Doni Ramdhani