Data Pribadi Terus Jadi Target Kejahatan, Begini Cara Mencegahnya

Kebocoran data pribadi, perusahaan, maupun negara akibat serangan siber terus menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan, terlebih dalam dunia yang semakin digital seperti sekarang, di mana budaya online bahkan semakin kental dengan masyarakat lantaran desakan situasi pandemi COVID-19.

Data Pribadi Terus Jadi Target Kejahatan, Begini Cara Mencegahnya
Ilustrasi/Antara Foto

Sementara di Thailand bahwa catatan pasien, yang tersimpan dalam data selama empat tahun, telah terkena serangan pada bulan September lalu.

Trend Micro juga mencatat bahwa Indonesia merupakan negara dengan peringkat pertama di dunia dalam serangan malware (perangkat lunak jahat) berkaitan dengan COVID-19, mencapai sebanyak 11.088. Selain itu, serangan email spam yang memanfaatkan COVID-19 juga banyak terjadi di Indonesia, mencapai 11.889, tertinggi di Asia Tenggara.

Ancaman baru 2021

Bukan semakin berkurang, serangan siber pada 2021 dan ke depannya--sebagaimana prediksi para ahli--, bakal semakin meningkat dan semakin canggih, bersamaan dengan tumbuh pesatnya aktivitas online di dunia.

 Cara kerja jarak jauh (remote) pengalaman selama pandemi yang dinilai cukup efisien, bakal menjadi tren yang diadopsi banyak perusahaan dan layanan publik ke depan.

Pembelajaran jarak jauh yang sekarang masih menjadi keharusan di tengah pandemi--setidaknya hingga vaksin COVID-19 sebagian besar didistribusikan, budaya belanja online yang semakin akrap dengan konsumen, dan transaksi non tunai bank dan non bank yang juga semakin populer, bakal menjadi lahan baru bagi peretas untuk mengais keuntungan.

Dari sisi infrastruktur dan industri, adopsi cloud yang semakin tumbuh, kemudian IoT dan 5G yang bakal mengkoneksikan banyak perangkat ke dalam sistem cerdas untuk mendukung kegiatan industri dan masyarakat juga butuh keamanan super canggih, karena jika jebol dampaknya akan lebih luas dibanding sebelum-sebelumnya.


Editor : Bsafaat