Delman Sarah, Asa DKPP Jabar Genjot Produktivitas Sapi Perah Pasca PMK

Tidak dapat dipungkiri, wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang terjadi memberi dampak berat bagi para peternak, karena menyebabkan produktivitas sapi perah menurun drastis. Melalui Model Pemeliharaan Sapi Perah (Delman Sarah), Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jawa Barat berharap dapat menggenjot produktivitas.

Delman Sarah, Asa DKPP Jabar Genjot Produktivitas Sapi Perah Pasca PMK

Skema ini sambung dia, juga dilakukan untuk menyiasati kecenderungan peternak yang kerap menjual pedet atau bibit ke luar Jawa Barat dan kemudian oleh mereka dibeli kembali saat sudah produktif. Hal ini diakuinya sangat disayangkan, karena sejatinya peternak dapat memelihara sendiri dari bibit untuk menambah kuantitas sapi perah produktif.

“Pedet tidak pernah dipelihara. 90 persen dijual. Nanti setelah produktif, dibeli lagi. Padahal bisa jadi sapi yang dibeli, eta-eta keneh (bibit sapi perah yang dulunya dijual). Sekarang diusahakan agar pedet tidak keluar. Kita ada balai khusus yang menjaring pedet. Termasuk kita mengharapkan GKSI misalnya, untuk punya pembibitan jadi populasi dapat meningkat,” harapnya.

Dimana harapannya, upaya DKPP Jabar melalui Delman Sarah mendatangkan sapi impor yang menjadi indukan dapat memperbaiki mutu genetik, melahirkan sapi perah berkualitas bagi peternak di Jawa Barat. Serta tentunya berujung pemerataan populasi sapi perah berkualitas, melalui replikasi kabupaten/kota.

Baca Juga : Bey Machmudin Pastikan Keinginan Buruh Bertepuk Sebelah Tangan

Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Dedi Setiadi menyambut baik skema dari DKPP Jabar, dimana harapannya dapat meningkatkan produktivitas susu oleh peternak. Sebab kata dia, dampak dari PMK sangat dirasakan oleh mereka karena produktivitas susu yang dihasilkan menurun drastis.

Termasuk pembagian pakan berkualitas secara gratis oleh DKPP Jabar kata dia, juga sangat membantu peternak dalam meningkatkan kualitas sapi perah guna menggenjot produktivitas menghasilkan susu.

“Itu sangat diperlukan sekali bagi kami karena produksi kita memang belum pulih, walaupun sudah ada perbaikan ketika PMK terjadi. Harus diakui, produksi kita masih sangat jauh. Cuma 20 persen, sisanya kita masih impor susu,” tuturnya.

Baca Juga : Wah, Bey Machmudin Bakal Stop Sejumlah Program Ridwan Kamil

Sementara Wakil Dekan Fakultas Peternakan Univesitas Padjadjaran Andre Rivianda Daud mengaku sepakat dengan DKPP Jabar, yang mendatangkan sapi impor dan kemudian dikelola melalui Delman Sarah guna menggenjot produktivitas sapi perah untuk menghasilkan susu.


Editor : JakaPermana