Dua Cara Terhindar dari Siksa Kubur

"Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya." (QS. Al-Zalzalah: 7-8)

Dua Cara Terhindar dari Siksa Kubur
ilustrasi

"Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya." (QS. Al-Zalzalah: 7-8)

Alam kubur menjadi alam penguhubung antara alam dunia dan alam akhirat. Mereka yang sudah meninggal dari dunia akan berada di alam ini hingga datangnya hari kiamat, hingga kemudian berpindah ke alam akhirat. Selama di alam kubur ini, manusia juga akan menerima ganjaran atas apa yang mereka perbuat selama di dunia.

Tidak ada yang tahu pasti, kecuali Allah, penghuni kubur mana yang mendapatkan rahmat dan mereka mendapatkan siksa. Ada seorang yang dikenal alim dan ahli ibadah selama di dunia, namun disiksa di alam kubur karena urusan tusuk gigi.

Ada juga yang mendapatkan nikmat kubur karena membiarkan serangga meminum cairan di ujung penanya. Kebaikan atau kejahatan yang dianggap remeh di dunia bisa menjadi penentu nasib seseorang ketika di alam kubur dan alam akhirat. Semua tergantung ketentuan dan keridaan Allah.

Lantas bagaimana caranya agar seseorang terbebas dari siksa alam kubur? Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam Ruh (2012) mengemukakan dua jawaban; secara umum dan secara rinci terkait dengan hal tersebutyang bisa menyelamatkan seseorang dari siksa kubur. Pertama, menghindari semua perkara yang bisa mendatangkan siksa kubur. Ini merupakan cara global yang disampaikan Ibnu Qayyim.

Caranya, seseorang melaksanakan muhasabah diri sebelum tidur malam. Ia menghisab dirinya sendiri; apa keuntungan dan kerugian yang diperbuatnya pada hari itu. Jika ia melakukan keburukan, maka ia berjanji bertobat dan tidak akan mengulanginya pada keesokan harinya.

Karena dengan demikian, jika dia meninggal maka dia meninggal dalam keadaan tobat. Jika dia masih hidup keesokan harinya, maka ia memiliki kesempatan untuk melakukan apa yang belum diperbuatnya sebelum menghadap Allah. Itu harus dilakukan setiap hari. Dan akan lebih baik lagi, kalau muhasabah diri tersebut disertai dengan berzikir kepada Allah.

Halaman :


Editor : JakaPermana