Gendong Anak di Bahu, Nanti Besarnya Durhaka?

AGAR sebuah tradisi bisa lestari di masyarakat, terkadang mereka menggunakan cara dengan memberikan ancaman atau dorongan, seperti:

Gendong Anak di Bahu, Nanti Besarnya Durhaka?
Ilustrasi/Net

AGAR sebuah tradisi bisa lestari di masyarakat, terkadang mereka menggunakan cara dengan memberikan ancaman atau dorongan, seperti:

- Kalau nyapu tidak bersih, suaminya brewokan.
- Duduk di atas bantal nanti jadi bisulan.
- Anak gadis yang duduk di depan pintu dipercaya sulit dapat jodoh.
- Kalau makan harus habis, jika tidak, ayamnya akan mati.
- Menyapu diarahkan keluar, menjauhkan rezeki.
- Dan seterusnya

Meskipun kita mengakui, sebagian dari adab itu diajarkan untuk keteraturan. Hanya saja yang menjadi masalah, terkadang dikaitkan dengan ancaman takdir buruk, padahal bisa jadi sama sekali tidak ada hubungannya.

Baca Juga : Dua Jenis Zikir yang Perlu Kita Bedakan

Karena itu, kita perlu memisahkan antara tradisi, hukum, dan takdir. Adab bisa saja mengacu kepada urf (kebiasaan) yang berlaku di masyarakat. Sementara untuk hukum, mengacu kepada penjelasan sumber syariat (al-Quran dan Sunah), sedangkan takdir, itu rahasia Allah, hanya Allah yang tahu. Selama tidak ada keterangan dari dalil tentang masalah takdir, tidak selayaknya pelanggaran adab kita kaitkan dengan takdir.

Termasuk dilarang menggendong anak di atas pundak, karena anak bisa menjadi berani atau durhaka kepada kedua orang tua. Larangan menggendong anak di pundak, ini tradisi. Anak menjadi berani kepada orang tua, ini takdir. Dan belum tentu tradisi ini memberi efek samping ke hal yang buruk, sebagaimana pula, belum tentu tradisi ini secara hukum terlarang. Ada sebuah riwayat yang bisa kita jadikan acuan, bolehnya menggendong anak di atas pundak.

Dari Uqbah bin al-Harits Radhiyallahu anhu, beliau bercerita, Aku ikut shalat jamaah asar diimami Abu Bakr beberapa hari setelah wafatnya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ketika itu Ali berjalan di samping beliau. Lalu Abu Bakr ketemu Hasan bin Ali yang sedang bermain bersama anak-anak. Abu Bakr langsung menggendongnya di atas pundaknya, sambil mengatakan, "Sungguh, dia lebih mirip dengan Nabi dan tidak mirip dengan Ali." Dan Ali tertawa melihat itu. (HR. Bukhari 3542 & Ahmad 40)

Baca Juga : Apakah Bermain Gaple, Remi, Poker Termasuk Judi?

Karena itu, tidak jadi masalah menggendong anak kecil di atas pundak. Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits


Editor : Bsafaat