Harapan Rasul Menauhidkan Pamannya di Ujung Usia

SAYANGNYA, dengan kedekatan yang sekian lama terbangun, kalimat-kalimat tulus Rasulullah tak mampu menjangkau dalamnya lubuk hati Abu Thalib. Ia tetap ragu dan menolak. Demikianlah hidayah. Walaupun seseorang akrab dengan seruan penuh hikmah. Bahkan seruan itu disampaikan berulang-ulang. Dan datang dari lisan yang tak pernah berdusta. Jika Allah Taala tak berkehendak, tak ada seorang pun yang mampu memberi petunjuk. Abu Thalib lebih memilih ajakan taklid yang diserukan setan. Sehingga menyumbat pandangannya dari kebenaran hakiki.

Harapan Rasul Menauhidkan Pamannya di Ujung Usia
Ilustrasi/Net

SAYANGNYA, dengan kedekatan yang sekian lama terbangun, kalimat-kalimat tulus Rasulullah tak mampu menjangkau dalamnya lubuk hati Abu Thalib. Ia tetap ragu dan menolak. Demikianlah hidayah. Walaupun seseorang akrab dengan seruan penuh hikmah. Bahkan seruan itu disampaikan berulang-ulang. Dan datang dari lisan yang tak pernah berdusta. Jika Allah Taala tak berkehendak, tak ada seorang pun yang mampu memberi petunjuk. Abu Thalib lebih memilih ajakan taklid yang diserukan setan. Sehingga menyumbat pandangannya dari kebenaran hakiki.

Kemudian kematian pun datang. Rasulullah bersegera menuju rumah sang paman tercinta. Ia bawa serta semua harapan. Agar sang paman menerima dakwahnya di akhir usianya. Sehingga ia pun selamat dari neraka. Namun, Rasulullah shallallahu bukanlah satu-satunya orang yang hadir. Setan Mekah, Abu Jahal pun turut mendengar berita sekaratnya Abu Thalib. Bertemulah tokoh kebenaran dengan gembong kesesatan dalam satu pertemuan.

Dari Said bin al-Musayyib dari ayahnya, ia berkata, "Menjelang wafatnya Abu Thalib, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam datang menemuinya. Saat itu beliau melihat telah hadir Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah bin al-Mughirah. Beliau bersabda, Wahai paman, ucapkanlah laa ilaaha illallaah. Dengan kalimat ini, akan aku bela engkau nanti di sisi Allah. Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah menanggapi, Apakah engkau membenci agamanya Abdul Muthalib?

Baca Juga : Uwais Al Qarani, Figur Doa dan Dzikir

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam terus menawarkan kepada pamannya. Namun kedua orang itu juga terus menimpalinya. Akhirnya Abu Thalib mengatakan kepada mereka, Di atas agamanya Abdul Muthalib. Ia enggan mengucapkan laa ilaha illallaah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, Demi Allah, akan kumohonkan ampun untukmu selama aku tidak dilarang. Kemudian Allah menurunkan firman-Nya, Tidak patut bagi seorang nabi dan orang-orang yang beriman untuk memohonkan ampunan kepada orang-orang musyrik. (QS. At-Taubah: 113).

Allah mengisahkan ayat ini tentang Abu Thalib. Dan untuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, allah Taala berfirman, Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak mampu menunjuki orang yang engkau cintai, akan tetapi Allah-lah yang menunjuki siapa yang Dia kehendaki. (QS. Al-Qashash: 56). (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Kitab Tafsir al-Quran, Suratu al-Qashash, 4494 dalam Fath al-Bari).

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata pada pamannya: "Ucapkanlah laa ilaaha illallaah, nanti akan kupersaksikan untukmu di hari kiamat." Abu Thalib menjawab, "Kalau tidak khawatir dicela oleh orang-orang Quraisy. Mereka akan berkata, Abu Thalib mengucapkan itu karena ia panik (menjelang wafat). Akan kuucapkan kalimat itu sehingga membuatmu senang." Kemudian Allah menurunkan firman-Nya, Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak mampu menunjuki orang yang engkau cintai, akan tetapi Allah-lah yang menunjuki siapa yang Dia kehendaki. (QS. Al-Qashash: 56). (Riwayat Muslim dalam Kitab al-Iman, Bab Awwalul Iman Qawlu: laa ilaaha illalllaah, 25).

Baca Juga : Saat Uwais Al Qarni Dilempari Anak-anak Kecil


Editor : Bsafaat