Karantina Perparah Krisis di Venezuela, Maduro Minta Bantuan IMF

Pemberlakuan karantina di Venezuela diyakini memperparah krisis kemanusiaan di negara pimpinan Presiden Nicolas Maduro.

Karantina Perparah Krisis di Venezuela, Maduro Minta Bantuan IMF
Ilustrasi (Antara)

INILAH, Karakas - Pemberlakuan karantina di Venezuela diyakini memperparah krisis kemanusiaan di negara pimpinan Presiden Nicolas Maduro, mengingat ibu kota Karakas melaporkan kiriman stok pangan gagal tiba sesuai waktu yang dijadwalkan.

Pasalnya sejak karantina diberlakukan di Venezuela, distribusi barang dan kebutuhan pokok ikut terhambat oleh barikade-barikade yang dipasang di sebagian besar jalan.

Presiden Nicolas Maduro, Senin, memperluas pemberlakuan karantina ke seluruh wilayah Venezuela yang telah terpuruk oleh sanksi ekonomi Amerika Serikat. Wakil Presiden Delcy Rodriguez, Selasa, mengatakan, otoritas setempat mencatat tiga kasus baru Covid-19 sehingga total pasien menjadi 36 jiwa.

Baca Juga : Jelang Pilpres AS, Joe Biden Diyakini Wakili Demokrat Tantang Trump

Sejumlah ahli mengingatkan buruknya sistem kesehatan di Venezuela selama enam tahun resesi ekonomi akan menghambat upaya Presiden Maduro mengendalikan penyebaran jenis baru virus corona (Covid-19). Pandemi Covid-19 telah menewaskan kurang lebih 7.400 jiwa di seluruh dunia.

Demi mengatasi krisis itu, sebagaimana tertera dalam surat yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri, Selasa, Presiden Maduro meminta bantuan pinjaman lima miliar dolar AS ke Dana Moneter Internasional (IMF). Pinjaman itu digunakan sebagai dana darurat  untuk "memperkuat" sistem kesehatan di Venezuela di tengah penyebaran virus.

Untuk pertama kalinya sejak ia menjabat selama tujuh tahun, Presiden Maduro meminta pinjaman ke IMF.

Baca Juga : Washington Berlakukan Pembatasan Layanan Restoran karena Corona

Dalam pernyataan tertulisnya, IMF mengatakan "tidak punya kewenangan untuk mempertimbangkan permintaan tersebut," karena tidak ada "pengakuan jelas" terhadap pemerintahan Maduro dari negara-negara anggota IMF. Perlu diketahui, sebagian besar negara-negara barat yang demokratis menyebut Maduro sebagai diktator yang berkuasa karena terlibat pemilihan umum curang saat ia terpilih kembali pada 2018.

Halaman :


Editor : suroprapanca