Porang, Tanaman Liar yang Bernilai Ekonomi Tinggi

Tanaman umbi-umbian porang yang beberapa waktu terakhir populer namanya di masyarakat dan viral di media sosial. Tanaman liar tersebut kini banyak dibudidayakan para petani di Indonesia karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Porang, Tanaman Liar yang Bernilai Ekonomi Tinggi
Foto: Dani R Nugraha

INILAH, Bandung - Tanaman umbi-umbian porang yang beberapa waktu terakhir populer namanya di masyarakat dan viral di media sosial. Tanaman liar tersebut kini banyak dibudidayakan para petani di Indonesia karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Sebenarnya, tanaman porang ini bukan barang baru  dan menjadi komoditas bernilai ekonomi tinggi yang dibudidayakan masyarakat. Karena sejatinya ada beberapa pelaku usaha di Indonesia yang telah mengekspor umbi porang ini ke Negara Jepang sejak 1970 an lalu.

"Sebenarnya kami mengenal dan menggeluti usaha pengolahan dan ekspor porang itu sejak 1972 lalu. Sejarahnya, karena uwak saya itu nikahnya sama orang Jepang. Nah disitulah bapak saya mulai mengenal dan mengolah porang ini menjadi bahan setengah jadi yang diekspor ke Jepang. Saya ini generasi kedua," kata Direktur PT Sanindo Porang Berkah, Dhian Rahadian saat ditemui reporter inilahkoran di tempat produksinya di Jalan Cijagra Desa Cilampeni, Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung, beberapa waktu lalu.

Baca Juga : Asam Lambung, Oded Mendapat Perawatan Rumah Sakit

Selain perusahaan miliknya, Dhian menyebutkan ada juga perusahaan sejenis di Jawa Timur. Bahkan perusahaan tersebut usianya satu tahun lebih dulu dibanding PT. Sanindo Porang Berkah, atau didirikan pada 1971. Bahkan perusahaan tersebut tak hanya sekedar memproduksi bahan setengah jadi, melainkan juga memproduksi makanan olahan semacam mie dan tahu berbahan baku umbi porang.

"Saya sempat membaca sejarahnya mereka sama punya hubungan langsung sama orang Jepang. Nah kalau untuk perusahaan lainnya di Indonesia saya kurang mengikuti, tapi rasanya ada beberapa perusahaan lain yang seperti kami ini," ujarnya.

Dhian menceritakan, dulu ketika usaha ini masih dijalankan orang tuanya, porang adalah tanaman liar. Para pemasok ke pabriknya itu mendapatkan umbi porang dari masyarakat yang mencari di hutan atau kebun. Saat itu, antara kebutuhan bahan baku dan pasokan dari para suplayer mencukupi kebutuhan industri. Karena memang saat itu hanya Jepang saja negara menggunakan umbi porang sebagai bahan untuk beraneka jenis makanan, minuman, bahan dasar kosmetik dan lain sebagainya.

Baca Juga : NasDem Percepat Vaksinasi 30 ribu Dosis 11 Daerah di Jabar 

"Seiring perkembangannya mulai banyak negara yang juga membutuhkan porang. Sehingga muncul permintaan dari Amerika Serikat, Korea, Cina, Vietnam, Australia dan lainnya. Nah hingga saat ini kebutuhan dunia akan tepung dan chip umbi porang baru terpenuhi sekitar 20 persennya saja," ujarnya.

Halaman :


Editor : Doni Ramdhani