Revolusi Industri 4.0 Bakal 'Membunuh' Banyak Jenis Pekerjaan

ERA Revolusi Industri 4.0 yang salah satunya ditandai dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi digital akan berdampak pada munculnya jenis-jenis pekerjaan baru. 

Revolusi Industri 4.0 Bakal 'Membunuh' Banyak Jenis Pekerjaan
Ilustrasi
ERA Revolusi Industri 4.0 yang salah satunya ditandai dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi digital akan berdampak pada munculnya jenis-jenis pekerjaan baru. 
 
Hal ini tentu saja berbanding lurus dengan turut menghilangnya beberapa pekerjaan lama yang sekarang masih digeluti.
 
Menteri Ketenagakerjaan, M. Hanif Dhakiri mengatakan, pertumbuhan ekonomi digital akan membuat dunia industri mengalami disrupsi di masa depan. Selain itu, kolaborasi antara beberapa jenis platform baru,  akan menghasilkan dunia industri baru. 
 
Dia melanjutkan, masa depan pekerjaan dalam era revolusi industri 4.0 akan banyak dipengaruhi oleh kehadiran big data. Keberadaan big data memiliki peluang menjanjikan untuk merevolusi dunia industri secara global.
 
"Dibandingkan dengan era revolusi industri sebelumnya, generasi ke 4.0 lebih sulit untuk diprediksi arah perubahannya. Kehadiran big data menjadi faktor penting yang melandasi perubahan tersebut,” kata Hanif kepada wartawan di Jakarta, Jumat (14/12/2018).
 
Atas permasalahan tersebut dia menekankan kuncinya ada pada penciptaan tenaga kerja kompeten secara kualitas, kuantitas, dan persebaran dengan kualitas harus sesuai kebutuhan pasar kerja. Kuantitas atau jumlah tenaga kerja harus banyak (memadai). Persebaran, tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia.
 
“Saat ini, terjadi perubahaan paradigma tehadap pekerjaan. salah satu pola yang terbentuk adalah manusia tidak lagi mengejar status pekerjaan tetap, tetapi memilih untuk tetap bekerja. Kita tidak bahagia dengan keadaan ini, tapi begini lah dunia sekarang ini, kita harus siap menghadapinya,” jelas Hanif.
 
Namun, kata Hanif, masih ada tiga kelemahan pekerja Indonesia yang harus segera dibenahi. Kelemahan yang pertama adalah mengenai karakter dan etos kerja. Di dunia kerja karakter itu menjadi modal utama agar pekerja kita siap bersaing di pasar kerja global.
 
“Pekerja Indonesia kurang memiliki etos kerja yang kuat, selain itu bila melihat kondisi SDM di Indonesia, kita juga lemah dalam penguasaan bahasa asing (Inggris). Kelemahan lainya pada umumnya adalah penguasaan komputer / IT,” terang Hanif. 
 
 


Editor : inilahkoran