Takdir Allah Selalu Lebih Indah dan Terbaik

"KITA tetap bisa melanjutkan hubungan ini ke tahap yang lebih serius Ris, tapi kalau kamu mau memeluk keyakinan yang aku anut. Dan kamu tahu alasan aku gak bisa memeluk muslim."

Takdir Allah Selalu Lebih Indah dan Terbaik
Ilustrasi/Net

Aku putuskan untuk tidak pulang, aku menunggu Mas Fajar tepat di ruangan cuci darah itu. Cukup lama ku menunggu sampai Mas Fajar didorong kembali keluar ruangan, kali ini Mas Fajar didorong dengan kursi roda. Kami terdiam saat kedua bola mata kami saling bertemu di depan ruangan. Aku belum berani bertanya, aku ikut mendorong kursi roda Mas Fajar. Sampai semua urusan di rumah sakit selesai, dan dari itu aku tahu yang selama ini Mas Fajar sembunyikan dari aku, suamiku menderita gagal ginjal kronis dan harus cuci darah.

Ya Allah, kehamilanku ini merupakan berita bahagia yang kupersiapkan untuk suamiku, tapi selama ini ternyata ada kabar buruk yang Mas Fajar sembunyikan dariku. Seakan dunia ini berhenti saat ku dengar langsung penjelasan Mas Fajar tentang penyakit ginjal kronis yang selama ini ia rahasiakan, Mas Fajar tidak ingin membuat ku sedih dan khawatir, alasannya.

Saat aku menerima Mas Fajar sebagai imamku, saat itu juga aku telah berjanji untuk menerimanya, semua tentangnya termasuk kekurangannya, bahkan penyakitnya ini. Walaupun mulai hari itu, aku selalu mengurus Mas Fajar dan menemaninya setiap kali cuci darah, dalam pikiranku beliau tidak sakit, beliau hanya mengunjungi dokter sebagai bentuk silahturahmi. Suamiku sehat, dan kami bakal hidup bahagia bersama anak-anak kami kelak, benakku.

Kandunganku memasuki usia empat bulan ini, dan pagi itu untuk pertama kalinya Mas Fajar menemaniku memeriksa calon anak kami. Alhamdulillah, sang malaikat kecil masih dalam keadaan sehat dengan bentuk yang hampir sempurna, terima kasih Rabb-ku.

Dan ternyata itulah kali pertama dan terakhir Mas Fajar menemaniku memeriksa kandungan. Dua hari setelahnya, kondisi suamiku drop dan harus dilarikan ke rumah sakit. Dalam kondisi setengah sadar, pucat dan lemas kugenggam tangannya. Ia sempat mendapat perawatan dokter selama 15 menit, hingga akhirnya Malaikat Izrail menjemput suamiku. Ia pergi meninggalkanku dan calon anak kami.

Untuk kedua kalinya, Allah memisahkanku dari orang yang kukasihi. Marah, kesal dan tidak ikhlas itulah yang kurasa saat Allah memanggil Mas Fajar. Mengapa Allah memisahkanku dari sosok imam terbaik ku, tak ada yang kurang dari sosok Mas Fajar, beliau berhasil membimbingku lebih dekat dengan-Mu, tapi mengapa Engkau pisahkan dia dari hamba Rabb?

Aku putus asa atas kepergian suamiku, hanya setahun Allah menitipkan lelaki terbaik dalam hidupku, lebih baik dari cinta pertamaku Ido. Dan aku lebih mencintai Mas Fajar dibanding Ido. Aku hampir terpuruk dalam kesedihan, hampir ku lupakan calon anak ini. Tapi semua itu tidak berlangsung lama. Semua hal tentang Mas Fajar menguatkan ku.


Editor : Bsafaat