Warga Uighur Dukung Sanksi AS Terhadap Hikvision

Pemerintah China menggunakan teknologi canggih untuk memantau dan menyensor kehidupan sehari-hari warga di kawasan Otonom Uighur di Xinjiang, kata Jewher Ilham, putri ekonom dan ilmuwan terkemuka Uighur yang dipenjarakan, Ilham Tohti.

Warga Uighur Dukung Sanksi AS Terhadap Hikvision
Foto: Net

INILAH, Washington DC – Pemerintah China menggunakan teknologi canggih untuk memantau dan menyensor kehidupan sehari-hari warga di kawasan Otonom Uighur di Xinjiang, kata Jewher Ilham, putri ekonom dan ilmuwan terkemuka Uighur yang dipenjarakan, Ilham Tohti.

Pernyataannya itu muncul di tengah-tengah laporan bahwa Pemerintah AS sedang mempertimbangkan sanksi-sanksi terhadap perusahaan video pemantau China, Hikvision atas perannya dalam perlakuan Pemerintah China terhadap kaum minoritas Uighur di kamp-kamp penahanan.

Lebih dari satu juta warga Muslim Uighur ditahan di kamp-kamp. China menyatakan kamp tersebut adalah pusat pendidikan kembali. Tetapi para pengkritik menyatakan kamp itu dirancang untuk menghapus identitas dan keyakinan agama warga Uighur.

Selain itu, para pembela hak-hak Uighur, seperti Ilham Tohti, telah ditindas. Cendekiawan terkemuka itu menjalani hukuman penjara seumur hidup sejak 2014 setelah dituduh pihak berwenang China ingin memecah belah negara.

Tetapi putrinya, Jewher Ilham mengatakan, ayahnya tidak pernah mendorong kekerasan atau separatisme. Khawatir ia tidak akan pernah lagi mendengar kabar dari sanak saudaranya karena berani berbicara, Ilham mengatakan kehidupan sehari-hari di Xinjiang berada di bawah pengawasan ketat.

Jewher Ilham mengemukakan,"Seorang rekan saya mengunjungi kawasan Uighur setahun silam, dan ia mengatakan sewaktu melewati pos pemeriksaan, ia melihat sedikitnya delapan fotonya terlihat di layar sedang berada di berbagai lokasi di kota itu. Ini absurd saja. Tidak ada privasi sama sekali."

AS sedang mempertimbangkan kontrol ekspor yang lebih ketat terhadap perusahaan video pemantau China, Hikvision, terkait tuduhan keterlibatan perusahaan tersebut di kamp-kamp penahanan Uighur. (INILAHCOM)


Editor : DeryFG