Akses Jalan Dago Giri di Desa Pageurwangi Rusak Parah, Pengusaha Wisata dan Masyarakat Khawatir Ancam Keselamatan Pengguna

Jalan Dago Giri merupakan akses alternatif utama yang kerap dimanfaatkan para wisatawan dari arah Kota Bandung ke berbagai objek wisata di Lembang.

Akses Jalan Dago Giri di Desa Pageurwangi Rusak Parah, Pengusaha Wisata dan Masyarakat Khawatir Ancam Keselamatan Pengguna
INILAHKORAN, Ngamprah - Jalan Dago Giri di Desa Pageurwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) menjadi salah satu jalur alternatif yang berpotensi mendongkrak kunjungan wisatawan di kawasan wisata Lembang.
Pasalnya, Jalan Dago Giri merupakan akses alternatif utama yang kerap dimanfaatkan para wisatawan dari arah Kota Bandung ke berbagai objek wisata di Lembang.
Bahkan, ketika terjadi kepadatan pengunjung di kawasan Lembang, Jalan Dago Giri menjadi pilihan terbaik untuk kembali ke pusat kota.
Kendati demikian, kondisi jalan yang cukup sempit dan rusak dikhawatirkan masyarakat dan pengelola objek wisata lantaran mengancam keselamatan para pengunjung dan pengguna jalan yang melintas.
Salah satunya seperti yang diungkapkan Humas Dago Dream Park, Sonny Ginanjar yang berharap Pemerintah Daerah (Pemda) KBB bisa melakukan perbaikan dan memperlebar Jalan Dago Giri sebagai alternatif utama wisatawan dari Kota Bandung ke KBB.
"Jalan ini menjadi solusi alternatif yang banyak dilewati wisatawan dari arah Kota Bandung," kata Sonny saat ditemui, Minggu 18 Juni 2023.
Tak hanya itu, jelas Sonny, jalan alternatif utama ini menjadi akses vital dan mobilitas masyarakat sekitar Desa Pageurwangi untuk menggerakkan roda perekonomiannya.
"Selain pengunjung, aktivitas masyarakat, anak sekolah dan mobilitas warga sekitar menjadikan Jalan Dago Giri ini sebagai akses utama yang digunakan," jelasnya.
"Oleh karenanya, kami berharap perbaikan Jalan Dago Giri bisa segera dilaksanakan dan diperlebar agar masyarakat dan pengunjung bisa merasa aman dan nyaman saat melintas di jalan ini," sambungnya.
Sonny menyebut, sebelum dibeton kondisi jalan rusak ini sudah terjadi selama 10 tahun. Kemudian, pihaknya mengapresiasi pemerintah yang melakukan pengecoran jalan pada 2020 lalu.
"Kalau dulu sempat diaspal, tapi sayangnya aspalnya cepat rusak. Bahkan, ada empat titik jalan yang berbeda yang rusak parah dengan panjang sekitar 1 kilometer," terangnya.
Sonny menuturkan, kerusakan jalan terparah itu sebelum dan sesudah perumahan elit Pramestha dan dikhawatirkan membahayakan pengguna jalan yang melintas lantaran kondisi kerusakannya parah.
"Meski kita inisiatif untuk menambal beberapa jalan berlubang tapi itu pun tidak bisa secara masif kita lakukan karena dikhawatirkan tidak sesuainya dengan spek perbaikan jalan pemerintah," tuturnya.
"Alhasil, kita tidak bisa sesuai dengan harapan kita karena adanya banyak kepentingan, seperti dari masyarakat, pengusaha properti dan lainnya," sambungnya.
Selain itu, yang memiliki peranan dan kewenangan ini salah satu properti dan bukan pihaknya sebagai pelaku usaha wisata, termasuk masyarakat sekitar.
"Sebagai swasta kita gak bisa dominan, karena banyak pihak yang memiliki kepentingan," imbuhnya.
Lebih lanjut Sonny menuturkan, kondisi jalan rusak ini tentu sangat berdampak terhadap pengunjung, sehingga kerap membuat lalu lintas terhambat.
"Tak jarang mereka komplain jalan rusak membuat kendaraan pengunjung rusak. Belum lagi masyarakat yang komplain karena terjadi kepadatan kendaraan," bebernya.
Sonny mengaku, pihaknya sudah sering melakukan audiensi dengan pemerintah terkait dengan persoalan kerusakan jalan dalam berbagai pertemuan.
"Selain sempit dan rusak, sepanjang Jalan Dago Giri tidak ada trotoar atau bahu jalan padahal lalu lalang masyarakat sekitar, anak sekolah dan pengguna jalan," tandasnya.
"Kami pun berharap agar izin pembangunan di pinggir jalan diperketat sehingga tidak menghabiskan lahan. Padahal, semakin lebar jalan semakin tinggi harga jualnya," tandasnya.*** (agus satia negara)


Editor : Ahmad Sayuti