Bekerjalah dengan Profesional

HAL yang kita ikhtiarkan di Daarut Tauhiid adalah bagaimana memakmurkan tanah wakaf yang sudah diamanahkan Allah Taala. Jaga dan ikhlaslah melakukan apa yang bisa kita lakukan. Contohnya tentang kebersihan. Kita menjaga kebersihan bukan agar orang kagum atau mendapat sertifikat internasional. Tapi kita membersihkannya karena bersih itulah yang disukai Allah dan karena ini tanah wakaf titipan Allah.

Bekerjalah dengan Profesional
Ilustrasi/Net

HAL yang kita ikhtiarkan di Daarut Tauhiid adalah bagaimana memakmurkan tanah wakaf yang sudah diamanahkan Allah Taala. Jaga dan ikhlaslah melakukan apa yang bisa kita lakukan. Contohnya tentang kebersihan. Kita menjaga kebersihan bukan agar orang kagum atau mendapat sertifikat internasional. Tapi kita membersihkannya karena bersih itulah yang disukai Allah dan karena ini tanah wakaf titipan Allah.

Begitu pula dengan karyawan perusahaan di pesantren. Jangan risaukan tentang gaji atau pemasukan, Allah yang mendatangkan semua itu. Jangan takut oleh persaingan karena saat ini banyak perusahaan. Allah Ta'ala tahu persis dan menjamin rezeki kita. Bekerjalah dengan hati yang tulus, ibadah yang bagus, hidup dan Ikhtiar yang lurus dan serius, juga bertobat terus menerus. Dalam ketenangan dan kenyamanan itu, kita pikirkan saja baik-baik bagaimana agar perusahaan kita disukai Allah dan bagaimana mengurus tanah wakaf yang sudah diamanahkanNya,

Maka, kalau kita mau bekerja atau berdagang, pikirkanlah bagaimana agar apa yang akan kita lakukan itu tidak dibenci oleh Allah Ta'ala. Misalnya, kita tidak berbohong dan tidak boleh bersumpah palsu karena itu tidak disukai Allah. Kita harus ramah bukan karena ketidakramahan kita nanti bisa dilaporkan kepada atasan atau kita khawatir orang tidak jadi membeli. Tetapi, Rasulullah SAW bersabda, "Allah merahmati seseorang yang ramah dalam menjual, membeli dan menagih." (HR. Bukhari dan Tirmidzi)

Baca Juga : IHSG Anjlok, Saham Ini Justru Diborong

Kita tidak boleh dengki melihat kiri kanan. Selain Allah melarang kita dengki, tetangga sebelah itu juga ciptaan dan hamba Allah.Timbangan kita pun harus bagus karena Allah Ta'ala berfirman, "Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)! Orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang Iain mereka minta dicukupkan, dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi." (QS. al-Muthaffifin [83]:1-3).

Demikian misalkan ada orang datang menawar dagangan, maupun produk perusahaan kita, tapi yang jadi dibelinya adalah dagangan tetangga sebelah. Kita tidak boleh kotor hati karena Allah tidak menyukainya.

Kalau itu memang bukan rezeki kita, walau dia sudah sumringah mencoba-coba barang dagangan kita, tetapi membelinya nanti tetap di tempat lain.

Baca Juga : PUPR Bangun 61 Bendungan hingga 2024 untuk Naikkan Kapasitas Irigasi

Kita tidak perlu ramah supaya dibeli, baik supaya laku, dan jujur Supaya orang percaya. Kita melakukan semua itu hanya untuk satu tujuan, yaitu agar Allah suka, Saudaraku, coba siapakah yang lebih dekat dengan kita, pembeli atau Allah? Uang yang di dompet pembeli siapa yang mengatur keluarnya? Walau ada orang yang tidak ingin membeli, tetapi kalau Allah Taala sudah memberi rezeki pada kita, uang yang ada di dompetnya pun akan menjadi milik kita.

Halaman :


Editor : Bsafaat