Bergembiralah Menyantap Hidangan Sahur, Ada Keberkahan di Sana

RASULULLAH shallahu'alaihi wasallam yang mengatakan yakni, kata-kata ada di dalam sebuah riwayat di baca (assuhuur). Adapun (assahuur) dan ini adalah lafadz yang maruf, lafadz ini lebih di kenal dari lafadz (assuhuur). Adapun (assahuur) itu bermakna makanan yang di makan pada waktu sahur. Jadi makanannya. Sehingga hadits ini bermakna:

Bergembiralah Menyantap Hidangan Sahur, Ada Keberkahan di Sana
Ilustrasi/Net

RASULULLAH shallahu'alaihi wasallam yang mengatakan yakni, kata-kata ada di dalam sebuah riwayat di baca (assuhuur). Adapun (assahuur) dan ini adalah lafadz yang maruf, lafadz ini lebih di kenal dari lafadz (assuhuur). Adapun (assahuur) itu bermakna makanan yang di makan pada waktu sahur. Jadi makanannya. Sehingga hadits ini bermakna:

"karena pada makanan sahur, atau hidangan sahur itu terdapat keberkahan."

Namun ada yang membaca (suhuur) ini mengacu pada makna perbuatan atau aktifitas memakan makanan di waktu sahur. Sehingga makna hadits ini jika kita membaca dengan lafadz (assuhuur) makna hadits ini menjadi "makanlah sahur! Karena sesungguhnya pada aktifitas makan sahur itu terdapat keberkahan". Kedua makna ini dipakai oleh para ulama. Yang jelas, keberkahan itu ada pada makanan/hidangan sahur, dan pada aktifitas makan sahur. Itu faidah yang ke-4, perbedaan antara (sahuur) dan (suhuur).

Baca Juga : Wanita Haid: Qada Ramadan, Tak Sempat Puasa Syawal

Selanjutnya faidah ke-5, Sabda Rasulullah tentang barokah. Dalam hadits ini menunjukkan bahwasanya keberkahan itu ada pada sebagian makhluk AllahTaala namun, harus di yakini, bahwasanya keberkahan yang ada pada sebagian makhluk AllahTaala bukan muncul dengan sendirinya atau lahir dengan sendirinya, tidak!

Keberkahan itu ada karena Allah sendiri yang telah meletakkan keberkahan kepada sebagian makhluknya. Adapun makna dalam hadits ini adalah yaitu tambahan dan pertumbuhan. Artinya, Allah Taala akan memberikan tambahan, akan memberikan sesuatu yang bisa berkembang berupa kebaikan ketika di dunia maupun di akhirat.

[Referensi: Syarh Umdatil Ahkam, Kitabus Shiyaam, hadits no. 187, oleh Syaikh Dr. Saad asy-Syatsri]

Baca Juga : Hadits-hadits Lemah dan Palsu tentang Syaban


Editor : Bsafaat